Sunday, December 18, 2011
Bantal, Guling dan Selimut
Friday, November 25, 2011
Guruku
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR3H1QnI3oB5YI_QcMdIWz6sQpZzWM9aO6oUwpmHY0VL_i3vMTZ-nDngWsHKAdYfk9JgVl9Qtkbiza_IYLIqiaiS0LKhOh9_aVg1NQyqcsweyu-03OMpdNS7aw9D3g4mcJxmMqY4TeeyeO/s1600/hari-guru.jpg)
Wednesday, November 23, 2011
Bunda
Kaki kecilmu melangkah disana
Mengurai waktu, mengetuk semua pintu
Kutemukan wajah letih dengan mata sembab
Tapi senyum itu tak pernah hilang, darimu…
Untukku…anakmu
masih kuingat jelas
rambut hitam, dan kulit kuning langsat itu
sekarang telah memutih dan mengkerut
betapa waktu sangat cepat mengubahnya
bunda…kita telah bersama-sama
mengayuh sampan menuju ujung muara
aku ingin tetap berada di sini, dekat denganmu
meski kamu berkali-kali bilang
sudah waktunya kau jalan sendiri nak…
Dialog Dengan Tuhan
Tuesday, November 22, 2011
expresi
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2zgy3LhBWfsZdnDxxcIgpIRqEPr9WSwF7NmUHqligupCXMPnN812KBWAzA3CjZCfcEy6Stdog7npdaae4Rh3zFwTU7Ssx6-SDwEfYLlsHZ9-7ztEJ71sAAlZQFuIbq3L8Xsd1lOejr30/s320/IMG01702-20110918-1558.jpg)
Thursday, October 20, 2011
romance d’amor
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDkTnOZYSLYaiajFuaodeh_fjCevpFYeZekt1vat_ELRhWNictva_j_lNwnI_-YMAzLHV-6QyucZmz8QllcD7EdJzUXEhNVEjTyWknqnx2W8jW0gYGDaU3lpZgcRVovvfp0Sf0Oq7rMaw/s320/rawat-gitar.jpg)
Lagu romance d’amor di mp3ku ini sudah ku putar untuk kesekian kalinya, aku hanyut didalamnya, tenggelam bersama petikan dawai yang memintal nada indah itu.
...
Sudah terlalu lama, aku tak menyapamu dalam kata, kaupun begitu mendiamkanku begitu lama, hingga tak lagi mampu kuhitung hari, karena aku tak pernah tertarik dengan susunan terbit dan tenggelamnya matahari yang bagiku itu tak ada beda.
Aku hampir lupa aroma tubuhmu, tahun berlalu menguapkan semuanya, gerak-gerik, kosa-kata, senda gurau semua terlihat samar, terakhir kali bertemu, seperti biasanya kau membuat aku kelu, aku tak berani menatap tatapanmu, tatapan yang masih sama, dari dulu hingga kini.
Tidakkah kau lihat ada yang berubah pada diriku, raut mukaku yang sekarang tegas, wajah yang semakin tirus, kerutan di kelopak mata, dan satu lagi yang terpenting, kau telah benar-benar berhasil mengasah duri-duri di hati ini hingga menjadi taring tajam yang siap mengoyak siapapun yang mendekat.
Dulu, aku tak siap, ketika kau mengisyaratkan pergi dengan tatapanmu. Aku masih terlalu dini untuk kau lukai, dan aku saat itu sedang di mabuk asmara untuk selalu jatuh cinta kepadamu setiap hari.
Ini musim hujan yang kulewati kesekian kalinya tanpamu, tanpa pelukan, tanpa selimut yang selalu kau sampirkan ke tubuhku, tanpa air minum hangat, dan satu lagi, tanpa candamu mencandai hujan di depanku.
Aku tumbuh, aku berjalan, sesekali berlari, tertawa keras, hanya untuk meyakinkanku bahwa luka itu sudah sembuh…
Untuk kesekian kalinya, aku pun malam ini tergugu, menyusuri lorong gelap, menuju rumah entah siapa, tanpamu, tanpanya….
Saturday, October 8, 2011
Festival Braga
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_LFr79c5qEIlQfmRYfhi3uC0hRAoHQn6dmVqiCHpSvxGMXFDcIqLApgTGc5d9nyc2BY4NO2Q7pJOlyO8UtZ45NqKsqE49WazG2C-xQ1yApZneJvT-rBIfEjw-E1cG_5um8GwPLk0P2GI/s320/IMG01707-20110924-1252.jpg)
Saturday, September 17, 2011
Tesla
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu7xd4cLxF7IX9SVyzvlGekZldxeKQPVkeze1cCgDfxxYxBdeBiGDH7J_qaXDb5vxy5dRQJ9VciQ7NowAx0QkQ6yxW5_dWSVW5Gssa0hEJdL0mHEFM2HtC5tnWAlMXOXWB3Et3NWMmDC0/s320/IMG-20110422-00435.jpg)
Hujan
aku mencintai hujan dengan sangat, hujan bagiku energi untuk menambah hidup, tidakkah kamu berpikir bahwa hujan adalah kondisi alam yang membuat kita bisa saling merapat, petir yang dibawa hujan membuat kita seringkali ketakutan dan kita pun tak lagi ingin sendiri, segera menghambur ke pelukan orang lain untuk sekedar memberi rasa nyaman, udara yang dibawa hujan selalu menghadirkan aroma dingin yang luar biasa, kita butuh energi hangat yang terpancar dari tubuh lain, karena mustahil ada energi tambahan jika kita hanya sendiri. Hujan menghadirkan konsep berpasangan, mengharuskan kita tak lagi sendiri, selalu itu pesannya, mengharuskan kita untuk mencari bilangan-bilangan ganjil yang menggenapkannya. tak lagi sendiri, aku dan kamu, tetapi menjadi kita.
Pagi Yang Menggelitik
Menjajaki sepanjang ruas by. Pass Soekarno-Hatta, Bandung, kulakukan dengan senang hati, bukan karena gara-gara bapak-bapak yang berseragam yang bertengger manis di bahu-bahu jalan yang mencoba menertibkan jalan, bukan... bukan karena itu, malah terkadang adanya mereka membuatku gak konsen:p, duh... bapak-bapak dan ibu yang manis.. tersenyumlah kalau sedang bertugas jangan pasang wajah garang.. kan pagi2 bagi-bagi rezeki senyum dapat pahala heheh...
Perjalanan
Mereka di Sekitar Kita
bisa kukatakan orang-orang yang menggunakan jasa transportasi KRD adalah orang-orang ajaib, semua jenis manusia yang sebenarnya ada disana, penjual dengan beragam aneka jualannya, pengemis dengan beragam caranya, pengamen dengan serba-serbi suara sengaunya, tua muda, anak kecil, bayi, lansia, dan tak ketinggalan pencopet-pencopet kelas ekonomi, biasanya mereka kena sial dengan hasil muka babak belur, dalam hati aku berbisik "kalian hanya salah tempat, coba mencuri uang negara, tak akan babak belur bahkan akan melenggang bebas keluar dari penjara" semuanya ikut berjejalan. di KRD aku hampir kehilangan batas toleransi, terkadang laki-laki muda yang masih kuat untuk berdiri rela membiarkan lansia untuk bergelantungan, memang seperti inikah cermin kehidupan yang sebenarnya??
Thursday, September 8, 2011
Dia
Dia berjalan dengan langkah panjang – panjang, sesekali matanya gesit mencari sesuatu yang dari tadi dicarinya, aku memerhatikannya sedari tadi dari cafĂ© ini, sebentar – sebentar aku kehilangan sosoknya, kalau sudah begini, aku menajamkan penglihatan ke segala penjuru, sampai mataku lelah karena terus-terusan dipaksa untuk fokus. Ah ya… itu dia, aku melihatnya lagi, dengan tas ransel kecil yang disampirkan di bahunya, jam tangan berwarna silver di pergelangan tangan kirinya, dan rambutnya yang bergerak kesana kemari seiring dia melangkah.
Dia masih terus mencari, menyusuri sepanjang jalan Djuanda ini, Jalan ini penuh dengan muda-mudi, kawasan elit dan menjadi pusat kota Bandung, beragam hiburan dengan suara music yang menghentak menjadi background sepanjang jalan ini, taman yang dipenuhi lampu dan air mancur menjadi pusat perhatian bagi mereka yang haus akan ketenangan, tenda – tenda makanan yang bermunculan ketika sore ini mendominasi pemandangan, dengan beragam menu yang hanya ada di Jalan Djuanda.
Akupun menjadi salah satu penikmat jalan Djuanda, mengambil tempat dari lepas magrib tadi di sudut café yang menyediakan aneka cemilan malam hari, jagung bakar beraneka rasa, pisang bakar, roti kukus menjadi menu utama pada café yang ku tempati, satu demi satu kursi mulai penuh, aku pun menjadi gerah selain tak suka dengan ramai, aku kehilangan pandangan pada dia yang sedari tadi aku perhatikan.
Hampir 15 menit lamanya, sosoknya menghilang, aku berusaha mengedarkan pandang ke semua tempat yang masih bisa kulihat dari kursi yang kududuki, rasanya enggan aku beranjak, aku berpikir jalan Djuanda tidaklah panjang, tak mungkin dia berjalan terlalu jauh.
Gerimis mulai muncul satu-satu, aku mulai cemas, sosoknya tak juga terlihat, kunikmati lagi pisang bakar keju dan bandrek yang kupesan, kucoba nikmati gerimis yang turun perlahan, mensesap aroma hujan, tapi tak bisa, pikiranku melayang padanya, mulutku komat kamit mengucap doa, agar aku bisa melihatnya segera.
Hampir 30 menit yang lalu, diatas semua resahku tiba-tiba aku melihatnya, berlari kecil menjauhi gerimis, sesekali mencari tempat untuk berteduh, sepatu ketsnya menciptakan cipratan pada genangan yang dipijaknya, langkahnya ringan, semakin mendekat ke arahku, ku tersenyum lebar, berharap dia melihatku dan membalasnya, tapi ternyata tidak, dia sibuk merogoh tas ranselnya, aku sudah tak berjarak dengannya, dia masuk ke cafĂ© yang sama, aku terkesima bisa melihatnya dengan jarak pandang yang dekat, leherku tak lagi kaku, karena aku tak harus memanjangkannya seperti tadi ketika mencari sosoknya, darahku sepertinya menggelegak tepat ketika dia menatapku, ya… benar dia memang menatapku, dan bahkan menuju kesini, aku seperti buronan yang tertangkap basah, tak tahu lagi harus bagaimana, aku pasrah dengan apa yang akan dia lakukan terhadapku, kubenarkan tempat dudukku, rasanya detik berjalan lambat, langkah-langkahnya yang tadi kuperhatikan panjang-panjang di jalan Djuanda sana, sekarang terlihat kaku, bergetar tungkainya, hmm… mungkin.
Ya… dia mengambil duduk tepat di depanku, aku masih menatapnya malu-malu…
“ini setangkai mawar putih untuk kamu”
Katanya… membuka perbincangan, dan sesudahnya mawar itu berpindah ke tanganku, kucium aromanya wangi, sewangi dia.
Tak ada lagi suara, hanya desah nafas yang terengah, café ini semakin penuh, aku semakin merapat didekatnya, berbagi tempat hanya dengannya.
Friday, January 7, 2011
Surat dalam kotak korek api
Dear Adam
Cinta kadang gak pernah bisa di tebak. Kadang kita masih perlu mencari apa definisi yang sebenarnya, mengapa harus ada rasa, mengapa harus kamu, mengapa harus dia, mungkin itu pertanyaan sebagian banyak orang tak perlulah mencari jawabnya, karena bukankah Sang Pembuat Hidup selalu bersikap sesuka hatinya?
Untuk kamu yang sedang diberikan rasa paling sakral ini, kamu pasti sedang mengalami rasa yang tumpang tindih, berjumpalitan dalam segenap emosi, saling membentur kesana kemari, kadang ketika lelahnya tiba tak kuasa cairan bening meluncur deras layaknya benar-benar ada pabrik yang memproduksi di dalamnya..
Ketahuilah tak seorang pun bisa mengingkarinya, jadi apapun jenis kebercandaan DIA dalam memberimu rasa yang ajaib ini, syukurlah karena tak semua orang diberikan kesempatan untuk merasai, aku tahu… aku dan kamu seorang yang lemah, yang terkadang kalah oleh nafsu, nafsu yang dalam penciptaannya pun selalu membangkang, tak seperti akal yang dalam proses penciptannya pun patuh padaNya.
Jika saja kamu mampu mengatasi gejolaknya, mungkin kamu sudah melakukannya tanpa perlu kamu merasakan sakit terlebih dahulu, tapi bukankah tanpa sakit terlebih dahulu, tak akan pernah ada pembelajaran?
Aku lemah, dan jauh dari sempurna, tuturku kadang selalu nampak berlebihan, sebenarnya ingin sekali aku mengeluarkan tataran kata yang agung, bukan sekedar sikap ketus, diksikupun tak pernah sempurna, berantakan, tapi bukankah dengan begitu aku tak perlu berpura-pura, karena sebenarnya bukankah segala jenis kebohongan berasal dari kata-kata yang di atur?
Cobalah untuk menatap langit sejenak, jika ada bintang paling terang, coba lihat dengan seksama, bintang itu seolah berujar “terima kasih sudah melihatku, terima kasih sudah memperhatikanku, terima kasih sudah menyediakan waktumu hanya untuk menantiku, dan sejuta terima kasih lainnya, dan ketahuilah kamu bahwa bintang itu adalah cerminan diriku, diriku yang bermetamorfosa atas penantian panjangmu, berjuta detik dan pikiran-pikiranmu yang telah tanpa sengaja ku curi, aku hanya mencari cara untuk mendapatkan kesempatan berbicara denganmu, setidaknya bintang akan lebih jujur dengan sinarnya, lain halnya mulut yang pandai berdusta.
Tuhan selalu menciptakan pasangan yang sepadan untuk makhluk yang Ia buat, setidaknya kali ini berikan Dia kesempatan lagi untuk membuktikan kuasanya, karena aku selalu yakin bahwa ada seseorang yang menantimu dengan sangat di suatu tempat, aku tak tahu, kamu pun tak mengetahuinya tapi setidaknya tuhan selalu mempersiapkan segala sesuatunya dengan indah.
Untuk kamu, yang sedang berada di area yang sebenar-benarnya manusia, karena sedang “merasai”, nikmatilah segala jenis sakit yang ada, bukankah setelah sakit selalu ada kebahagian?yakinlah itu, aku hanya bisa mengucapkan selamat atas bertambahnya fase “rasa” dalam kehidupan kamu, bagiku kamu telah naik tingkat, karena seseorang dikatakan berhasil bila dia telah ikhlas.
-Hawa-
Dear Hawa…
Bicara soal cinta sama kamu seperti tadi, sebenarnya ya berat. Aku yang selalu kebingungan cara melupakan cinta, menggagalkan perasaan yang salah pangkat 3, berhenti nunggu, rumit jika cinta dibicarakan dengan Cuma 1 hati saja, aku terlalu serius.
Jarak yang jauh, ekspresi yang aku duga-duga sendiri maksudnya, rinduku yang kadang datang penuh, tiba-tiba hilang ganti sama emosi, kesediaan yang aku iakan sering berubah jadi pertanyaan-pertanyaan. Setiap hari aku hapal benar ritme itu, bergerak, sepi, cerita, pemahaman, senang, hilang, aku yang mencarimu semuanya hanya berganti-ganti begitu. Berkali-kali perasaanku tidak dimengerti ternyata rasanya marah.
Kalo perasaanku tidak bisa di balas searah itu cuma sakit, tapi aku tidak marah dan memang aku sudah mengerti.
Menghilangkan kamu dari pikiranku, menghilangkan cinta dari hidupku, dengan doa, dengan aktifitas, aku sudah lupa berapa kali kulakukan.
lepas kita berbanyak kata tadi, rasanya air mengalir deras dari mata, tapi ini melegakan meskipun aneh rasanya. Rasanya lebih-lebih dari tamparan dan pukulan yang sempat membuatku berdarah-darah dari hidung dan mulut.