Bandung, 11 November 2012
Untuk Bapak,
Di suatu tempat di bumi.
Bapak, apa kabar?semoga selalu sehat, mugia Gusti Allah terus ngaping
bapak.
Bapak, bulan ini sudah masuk musim penghujan, dimana-mana
air, di bandung curah hujannya tinggi sekali, bagaimana di kota bapak?bagaimana
di kota kita dulu? Bapak percaya kalau air bisa menenggelamkan kenangan,
menghilangkan sebagian ingatan, dibawanya kenangan-kenangan yang tersimpan
dengan arus lantas kenangan-kenangan itu akan tersangkut di got-got yang penuh
sampah, di sungai yang juga penuh sampah, jarang sekali arus air langsung
menuju muaranya. Tapi, bapak tidak usah khawatir, tentangmu kenangan itu selalu
berada ditempatnya, tidak sedikitpun hilang.
Bapak, bunga-bunga flamboyan bermekaran, maka
burung-burungpun menjadi lebih riuh kicaunya, lalu bunga-bunga itu akan jatuh
dan mengotori pekarangan rumah kita dulu, bertaburan di teras rumah, menempel
pada daun bunga melati, daun mangga... ya mangga yang kita tanam dua belas
tahun lalu, dan sekarang berbuah banyak.
Musim peralihan disebut juga musim pesta fora nya nyamuk
bapak, kala itu bapak selalu menenteng baygon pompa semprot, melongok kamar
ukuran 3x3 itu dan menyemprotnya, itu seperti tugas rutin buat bapak, tanpa itu
sepertinya bapak tak dapat gaji, bapak mulai menyemprot jam tujuh malam, lewat
dari jam tujuh maka giliran nyamuk-nyamuk itu yang akan menyemprot bapak. Sepertinya,
bapak juga sekarang tak pernah lagi menyemprot, sepertinya bapak yang sekarang
sudah canggih juga.
Eh bapak, kemarin hari pahlawan, selamat hari pahlawan ya
pak, bapak memang bukan tentara, belum pernah juga perang melawan penjajah,
tapi sepanjang aku tahu, bapak pernah perang melawan ratusan tikus yang
bersembunyi di pekarangan tanah gembur belakang rumah, saat itu aku masih kecil
dan bergidik melihat bapak, membawa cangkul, dan mengangkat parang, bapak
cangkul tanah yang gembur itu dan keluarlah ratusan tikus masih merah-merah, percis
seperti tikus di film “Ratatouille”, lalu bapak mengguyurkan satu jerigen
minyak tanah ke tanah gembur itu dan menyalakan pemantik, maka, merah..
menyala.. panas, aku menyebutnya si jago merah, tapi bapak menyebutnya
banaspati, lalu setelah beberapa tahun, kemudian aku baru mengerti apa itu
banaspati.
Bapak, malam tak pernah berubah, hening, sunyi, malam adalah
media pengantar untuk aku mengingat suara bapak ketika bapak mendongeng, bapak ngelonin aku dengan mendongeng,
“sakadang kuya jeung kancil”, “tangkuban parahu”, “aji saka”, “nini pelet di
gunung ciremai”, dongeng yang selalu sama untuk waktu tahunan, sekalipun bapak
tidak pernah menceritakan aku tentang “Rapunzel, Cinderella dan Sepatu Kaca,
Putri Salju dan 7 kurcaci”, lalu mendadak aku merasa ketinggalan zaman, tapi
ternyata aku salah pak, dongeng terbaik sepanjang dua puluh enam tahun umurku
ya Aji saka dengan kerajaannya Medang Kamulan dan sorbannya Aji Saka yang
ajaib.
Bapak, aku bosan berada disini, kota dengan lautan manusia
dan kendaraan setiap harinya, aku rindu jika senja datang, kita melahap senja
perlahan, menelusuri pematang, menangkap belalang, menjaring keong, berkejaran
dengan kupu-kupu, dan bapak bertelanjang dada hanya mengenakan celana pendek,
kita berdua berlari tanpa alas kaki, bapak membuat perhitungan, siapa yang
paling cepat sampai ke bukit, maka dia berhak pulang dengan digendong, lalu
akupun akan berlari kencang dan bapak berlari pelan, bapak bilang bapak lelah,
padahal aku tahu bapak tidak lelah, bapak bisa 5x lebih cepat dari aku, tapi
bapak selalu mengalah, lalu di puncak bukit aku sudah mengambil ancang-ancang
untuk naik ke punggung bapak. Akh.. bapak, betapa aku ingin selalu menjadi anak
kecil, dunia yang penuh permainan, tanpa dipermainkan siapapun, dan tanpa mempermainkan
siapapun.
Bapak... semoga surat ini sampai ke pangkuan bapak.
Oh ya bapak beberapa hari lalu aku baca buku pram ada kutipan yang
menarik ”
Aku tak butuhkan sesuatu dari dunia kita ini. Aku cuma butuhkan orang-orang
tercinta, hati-hati yang terbuka, senyum, tawa, dan dunia tanpa duka, tanpa
takut.” ( Gadis Pantai – hal.138 ).
Bapak, aku berharap semoga ada satu masa dimana
kita bisa lagi meminum kopi berdua di teras rumah, memandang hujan,
mendengarkan rintik air, berbicara banyak hal tentang Tuhan, mereka dan kita...
akh..ya semoga.
_______________________________________________________________________________
Ket : Tulisan ini dibuat tahun lalu, 11 November 2012 dalam rangka memperingati hari pahlawan. Semoga tidak ada kata terlambat untuk berbagi cerita.
ah keren sekali tulisan ini langsung masuk ke hati :)
ReplyDeleteayah tak selembut ibu...tak se care kaka... tapi ayah adalah bapak.. dimana keringat nya yang menjadikan saya seperti ini....!
ReplyDeleten_n
serat pena sangat bagus Bu.....