Tuesday, August 7, 2012

Rama, Sinta dan Rahwana


Membaca ulang kisah klasik cerita ramayana, yang diambil dari kitab Mahabarata yang dikemas dan dituturkan secara apik juga indah oleh Sindhunata pada bukunya Anak Bajang Menggiring Angin, membuatku lebih banyak tahu dan belajar.

Siapa yang tidak mengenal Kisah cinta Rama – Sinta – Rahwana ini? Rama dan Sinta adalah icon untuk orang-orang yang berpasangan, tampan dan cantik, tutur kata dan tingkah lakunya baik, keduanya dari keluarga baik-baik, keduanya juga sama-sama keturunan ksatria, tetapi apakah mesti selalu begitukah konsep berpasangan?lalu bagaimana dengan kisah anak-anak Adam diawal-awal masa penciptannya Allah menyuruh untuk yang tampan berpasangan dengan yang jelek, Qabil yang tampan menikahi adiknya Labuda yang jelek, juga Iqlima yang cantik menikahi habil yang buruk rupa?


Ada banyak hal yang baru aku tahu dari kisah cinta klasik ini, ketika Sinta di culik oleh Rahwana dan dibawa ke kerajaannya di Alengka, Sinta sempat enggan kembali ke Rama padahal Rama telah melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Sinta kembali, Rama dibantu pasukan kera yang dipimpin Sugriwa memindahkan gunung, membelah bukit, membuat jembatan di laut (namanya juga dongeng jadi semuanya mungkin), bertapa, penantian panjang, mengutus Anoman dll, Sinta enggan hanya karena Anoman sebagai utusan Rama yang diutus Rama untuk menjemput Sinta menanyakan perihal keperawanan Sinta. Apakah selama di Alengka Sinta masih perawan dan benar-benar tidak disentuh oleh Rahwana?

Inilah yang menjadi titik klimaks Sinta, mengapa hal itu masih dipertanyakan, tidak percayakah Rama akan kesetiaan Sinta?semestinya Rama mengerti, Sinta akan lebih memilih bunuh diri daripada kesuciannya diambil Rahwana itulah sebabnya selama di Alengka Sinta selalu menyembunyikan belati di dalam bajunya. Tetapi sayang, rasa tidak percaya bahkan telah mengalahkan rasa cinta itu sendiri.

Kesetiaan adalah mutlak pada cinta, dan rasa percaya tingkatannya lebih dari cinta. Ketika kita mencintai seseorang, sepantasnya kita memberi kepercayaan, buah dari pemberian kepercayaan adalah kesetian.

Cinta Rama yang begitu besar tidak menginginkan seperti itu, tetapi egonya sebagai lelaki menuntut bahwa wanitanya tidak diperkenankan dijamah oleh lelaki lain, egonya meninggi mengacuhkan tentang pengorbanan atau bagaimana Sinta harus berjuang mempertahankan keperawanannya, itu tidak dipikirkan oleh Rama, yang Rama inginkan hanya Sinta tak disentuh Rahwana, tanpa pernah Rama memikirkan seberapa keras perjuangan Sinta untuk berada pada tahap menolak Rahwana.

Ketika kepercayaan kita hilang pada pasangan, akankah cinta itu masih ada?keraguan adalah indikator terbesar pemerosotan rasa.

Lalu Rahwana... orang mengenalnya sebagai raksasa yang kejam, bengis, pemimpin diktator, raksasa dengan sembilan muka, seram, menakutkan, tetapi  bukankah konsep hidup adalah dua sisi? Baik dan buruk, Rahwana mempunyai sifat lucu, seringkali dia menghibur Sinta dengan anekdot-anekdotnya, kecintaannya pada Sinta mampu membuatnya untuk bertahan, dia tidak memaksa Sinta melayani nafsunya, tapi menunggu hingga Sinta mau, di Alengka Sinta diperlakukan baik, tidak sedikitpun di aniaya, itu adalah bukti bahwa dia mencintai Sinta, menghargai perempuan.

seringkali kita menuduh Rahwana adalah biang kerok, kesalahan Rahwana hanyalah dia mempunyai cinta terhadap Sinta, dan salahnya lagi, cintanya bertepuk sebelah tangan. Rahwana sangat kaya raya, lain sekali dengan Rama, bersama Rama, Sinta tinggal di Hutan, karena Rama masih dalam masa pengasingan kerajaan Ayodya, tapi kecintaan Sinta terhadap Rama memang tak terbendung, Sinta lebih memilih sengsara bersama Rama, pengorbanan itu tidak dilihat oleh Rama sampai dia harus mempertanyakan keperawanan Sinta... 

Ego Rahwana untuk memiliki Sinta justru ini adalah penghancur hidupnya, kekayaan dan kerajaannya 

Rahwana adalah orang ketiga yang jika disadari, orang ketiga bisa dijadikan alat untuk penguji kesetiaan pasangan, sebagian besar kalah dan bertekuk lutut pada orang ketiga, tapi banyak juga yang justru karena orang ketiga mereka menjadi solid.

kesetiaan dan perngorbanan, jika salah satunya hilang, jangan pernah bilang bahwa masih ada cinta. 


Ide : buku Sindhunata, Anak Bajang Menggiring Angin
gambar: dokumentasi pribadi, pada pementasan "Sendratari Ramayana" Prambanan - Yogyakarta.

2 comments:

  1. Ketika kepercayaan kita hilang pada pasangan, akankah cinta itu masih ada?keraguan adalah indikator terbesar pemerosotan rasa.

    Saya sepakat. Cemburu bukanlah tanda cinta namun tanda ketidakpercayaan.

    ReplyDelete