Kakiku telanjang menyentuh air tepian kolam, memainkannya perlahan hingga menghasilkan riak yang juga pelan. Tanpa suara pada siang hari itu.
Siang yang terik, tidak seperti biasanya. Siang yang hening tanpa angin dan tanpa suara berisik anak-anak. Tapi aku enggan beranjak dari kolam ini, terus saja memainkan air pada dasarnya, memikirkan tentangmu yang tiada habisnya.
Aku memejamkan mata untuk sekedar membiarkan pikiranku berlari tanpa aturan.
Kamu ingat? kita pernah menghabiskan banyak waktu untuk mampir di warung pinggir jalan, memesan camilan wajib untukmu, sebotol air mineral habis sudah, ternyata kita haus setelah seharian mengitari pusat kota ini. Kamu membuat lelucon, mengarahkan agar senyumanku melebar menjadi tawa.
Tiba-tiba sebagian wajahku basah, bukan karena percikan air yg dimainkan kaki-kakiku tapi basah karena pikiranku dimainkan oleh perasaanku tentangmu. Aku rindu...rindu pada waktu dimana kita terbang bebas tanpa kekhawatiran yang menghimpitku seperti hari ini,. Rindu pada tempat yang memberikan ruang untuk aku dan kamu memamerkan kemesraan kepada semesta. Rindu pada tubuh yang membiarkanku menyandar hangat dipelukannya. Rindu pada hati yang menempatkanku di dalamnya. Rindu pada mu...
Rindu selalu membuatku merasa berantakan. Rindu selalu membuatku kesepian dan justru semakin menyepi. Menyepi mencari kehangatanmu, meraba cerita-cerita kita, merasakan kembali nafas yang pernah kurasakan. Seperti siang ini aku kembali melakukannya dan berulang-ulang selalu melakukanya, menemuimu dalam bentuk sketsa tak berwarna di kepalaku.
Karena tentangmu, mereka mengatakan pandanganku saat ini kosong padahal aku sedang menatap dalam-dalam matamu. Karena tentangmu, mereka mengira aku sebagai pribadi penyendiri, padahal aku selalu bersamamu. Sayang semua itu hanya keinginanku tentangmu. Sayang sketsa-sketsa itu tidak menjadi nyata saat ini. Sayang mereka tidak pernah melihatmu di dalam kepalaku, di dalam hati bahkan di setiap hari-hariku. Aku hanya menjadi liar dalam dunia semu ku, aku hanya menjadi riang dalam imajinasiku dan aku hanya akan menjadi hangat dalam ruang tak bersekat di kepalaku, seperti saat ini.
Jika saja aku benar-benar ditemani kamu kali ini, mungkin riak di dasar kolam akan lebih meriah, tapi tidak, riaknya semakin memelan.
No comments:
Post a Comment