![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDkTnOZYSLYaiajFuaodeh_fjCevpFYeZekt1vat_ELRhWNictva_j_lNwnI_-YMAzLHV-6QyucZmz8QllcD7EdJzUXEhNVEjTyWknqnx2W8jW0gYGDaU3lpZgcRVovvfp0Sf0Oq7rMaw/s320/rawat-gitar.jpg)
Lagu romance d’amor di mp3ku ini sudah ku putar untuk kesekian kalinya, aku hanyut didalamnya, tenggelam bersama petikan dawai yang memintal nada indah itu.
Entah apa yang kupikirkan, aku hanya membayangkan jika kamu yang memainkannya untukku langsung, tak akan aku berkedip karena aku tak ingin kehilangan moment untuk menonton permainan gitarmu, mungkin aku akan menjadi seperti sosok anak kecil yang hanyut oleh alunan musik. Atau aku akan bertingkah seperti remaja yang memainkan mata berbinar-binar mendengarnya, atau aku akan bertingkah seperti wanita dewasa, yang khusyuk menyimak satu persatu melodi, atau aku akan seperti seorang nenek yang perlahan memejamkan mata dan tertidur diiringi musik syahdu itu, entahlah.. aku tak ingin menjadi salah satu di antara mereka, aku hanya ingin menjadi aku...tak akan aku mengambil jarak darimu, akan kugenggam lututku kuat, sedikit kutundukkan kepalaku, sesekali melirik ke arahmu...tapi lebih banyak aku memilih menunduk, bukan hanya lagu ini yang membuatku hanyut, tapi karena kamu yang memainkannya.
Sebenarnya kamu tak perlu berbuat banyak, kamu tak perlu menunjukkan apa-apa kepadaku tentang satu dua hal, aku telah sangat mengerti, apakah kamu tahu bahwa definisi diam lebih dari “diam”? Diam itu berdimensi sebenarnya, tak perlu mulut berbanyak kata, kenapa tak pernah kamu percayakan semuanya pada mata?
Bila saja hatiku adalah dedaunan yang bisa langsung segar terkena air tak lagi layu, atau bila saja ingatanku seperti lantai keramik yang bisa bersih sehabis di pel, mungkin aku akan bahagia karena bisa bermetamorfosa rasa dengan cepat tanpa proses panjang dan terpentok aturan ini dan itu, tapi jika semua sesingkat itu?dimanakah adanya kenangan?
Petikan gitar lagu romance d’amor semakin memelan, itu artinya lagu hampir usai... hufft aku agak menghela nafas panjang di akhir lagu. Ku coba angkat wajahku yang sedari tadi menunduk dan tanganku tak habisnya memainkan ujung-ujung kuku jari kaki untuk melihatmu. Kamu diam, tapi aku tahu, diammu lebih dari diam... kita tak berjarak, kamu acak-acak rambutku.. lalu setelahnya pun hanya diam, dan aku bisa kau tebak, hanya tersenyum simpul mengartikan waktu pada romance d’amor tadi.
Kamu beranjak, akupun beranjak... menuju pintu kamar masing-masing, saling ucap.. “good nite”, ku tutup pintu kamarku yang letaknya berdampingan dengan kamarmu, kubaringkan tubuhku menyamping menempel ke tembok, berharap seperti malam-malam sebelumnya, bahwa aku bisa mendengar dengkurmu dari balik tembok ini. Kita sebenarnya tak berjarak, hanya saja kita lebih mengartikan semuanya dengan diam.
Ya itulah... kamu, dan aku. Yang sebenarnya telah saling paham, meski kita diam.
Lamunanku tentangmu dan romance d’amor
No comments:
Post a Comment