Tuesday, November 22, 2011

expresi

Di sana, aku melompat bergerak kesana-kemari, menari centil, melenggokkan kepala, mengayunkan kaki, pinggul pun bergoyang, aku berputar diiringi tawa ceria semua orang, alunan music tradisional membuat aku makin menghentak, ya…aku bahkan tak peduli ketika ada sepasang mata memandangku dan mengabadikan itu dengan lensa kameranya.

Peluh mulai bercucuran tipis saja, tapi music tradisional ini tak berhenti mengalun, sesaat diajaknya aku mengingat masa kecilku, bermain petak umpet, ular-ularan, dan mendendangkan lagu sepanjang zaman “rasa sayange”. Ya… disini aku merasa hidup, bersyukur karena aku terlahir di tanah sunda, aku menyanyikan lagu dengan bahasa ibuku, aku melirik ke atas tribun, dia masih terus memandangku, aku pun memandangnya dan tersenyum.


Aku mengajak pasanganku untuk menari lagi, dia perempuan berusia sekitar 40 tahun-an, tubuhnya menjulang, tinggiku hanya mencapai bahunya, aku mengajaknya berbicara, “where do u come from?ujarku. Holland.. jawabnya sambil tersenyum.

Aku mengajaknya berputar, dia manut saja, di akhir acara dia mengecupku, “thanks honey, ujarnya”, akupun memeluknya sedikit berjinjit, u too dear. Music memelan, akupun terengah, tanganku masih mengayun, sambil menggenggam tangan lainnya, sesekali aku melirik kea rah tribun dan mendapati dia disana dengan kameranya, aku tahu kamera itu mengarah kepadaku. Rasa malu pun menjalar, akh,,, tapi tidak, aku senang menari tadi, bergoyang kesana kemari, aku tak khawatir tingkahku yang seperti kelinci itu akan menjadi bahan tertawaan ketika video rekaman itu diputar dan dilihat bersamaan.

Acara usai, tapi rasa bahagia ini belum usai, selalu ada kepuasaan batin setiap kali aku menjejakkan kaki di tempat ini, berulang kali aku datang kesini tak pernah membuatku bosan , music tradisional dari bambu ini selalu mampu menghipnotisku, membuatku merinding, dan menjalari rasa bahagia hingga ke dalam jiwa, aku berbicara serius, dan ini tidak bohong.

Aku segera menemuinya di atas tribun, tangannya masih memegang kamera, hei…terima kasih telah merekamku, lain kali aku akan sekuat tenaga menarikmu ke panggung itu untuk menari bersamaku, mungkin kali ini tak berhasil tapi lihat nanti, ujarku berkata gemas. Aku tak punya energy seluar biasa kamu, rasa maluku terlalu besar untuk berada dipanggung besar itu, ujarmu.

Aku tersenyum tipis, suatu saat nanti aku akan berhasil mengajakmu ke dalam duniaku, dunia tanpa malu, dunia lincah, tak melulu sembunyi dan menikmati sajian, tapi kamu akan kuajak menjadi penyaji.
Aku masih ingin terus disini, bernyanyi dan menari.

(gambar diambil dari dokumentasi pribadi)

No comments:

Post a Comment