gambar dipinjam dari sini
Perempuan itu meringkuk memeluk guling. Rambutnya kusut,
wajahnya terlihat lelah. Jika pagi tiba dia biasanya segera berlari menyambut
Sang Surya dengan pelukannya. Senyum manisnya membawa Sang Surya naik dengan
perlahan dan penuh rasa percaya diri bahwa dirinya dibutuhkan bumi.
Sang surya tak pernah luput mencium kening perempuan itu.
Sudah 5 tahun lamanya dia berselingkuh dengan Sang surya, suaminya tak pernah
tahu bahwa seringkali istrinya melakukan percintaan hingga orgasme dengan Sang
surya.
Ayu nama perempuan itu. Dia mengaku jatuh cinta pada warna
jingga yang pekat milik Sang Surya, Mentari. Ari begitu panggilan Ayu kepada
Sang Surya, Ari penyelamat hidupnya. Ari begitu mencintai Ayu, di naunginya
rumah ayu dari sinar terang paginya, dicumbuinya Ayu begitu suaminya berangkat
kerja. Ari akan mengendap-ngendap masuk melalui celah-celah pintu, sinarnya
akan segera memenuhi kamar yang berlantai kayu itu. Ayu sudah dengan posisi
siap dicumbu, baginya tak ada hal yang lebih membahagiakan selain berada dalam
dekapan Ari.
Ari tak pernah datang terlambat, dia selalu tepat waktu.
Seperti yang dilakukannya pada bumi, Ari tak pernah ingkar janji untuk memberi
cahaya.
Suatu kali Ari pernah dengan gegabah mengajak Ayu menuju
langit, didudukannya Ayu pada lengkung-lengkung garis berwarna cantik,
selendang-selendang yang terbentang beragam warna menari dengan puasnya, sampai
letih dan berpeluh. Ayu lalu bermain dengan puas, gigi dan gusinya terlihat,
setiap detik Ayu seolah pamer senyum. Para pemilik selendang pun bergembira,
mereka tahu bahwa Sang Surya sangat mencintai kekasihnya.