Thursday, January 2, 2014

Mandela Penyulut Semangat di Awal Tahun




Awal tahun selalu menyuguhkan harapan. Beragam cara orang-orang menyambut harapan itu, ada yang menikmatinya dengan pesta, arak-arakan, ingar bingar, dan banyak yang memilih dengan mendekati kesunyian, berharap kekudusan akan mendekatkan kita pada sang Pencipta.

Akhir tahun ini aku berkesempatan menonton film Soekarno, tokoh bangsa yang besar. Entah berapa lama lagi aku harus menunggu sosok Soekarno berikutnya, pemahaman dan pemikiran beliau yang besar mengantarnya menjadi tokoh yang diingat zaman.

Akhir tahun juga menyuguhkan banyak acara untuk dipilih. Aku memilih menghabiskannya di Museum Konperensi Asia Afrika, menghadiri gelaran Tribute to Mandela “Langkah menuju kebebasan”. 5 Desember lalu kita kehilangan Bapak Bangsa, Mandela. Dunia mengenal namanya, gaung kematiannya menelusup dalam rongga dada tak hanya bangsa Afrika, tapi beragam bangsa yang berbeda.


Film yang diputar pada acara tersebut adalah Invictus yang artinya dalam bahasa latin adalah yang tak tertaklukkan, tak terkalahkan. Film tersebut mewakili karakter Mandela, Mandela yang sederhana, cerdas, optimis. Mandela mengajarkan tentang jiwa yang tak boleh patah, jiwa yang tak boleh dikalahkan oleh hambatan dan cobaan sebesar apapun. Mandela mengajarkan untuk menjadi pribadi pemaaf, lawanpun dirangkulnya menjadi kawan.

Berkaca dari Mandela, mari sejenak kita berkontemplasi atas apa yang telah dijalani setahun belakangan. Angka-angka di kalendar yang berubah tak hanya butuh perayaan tapi butuh pemahaman.
Pergantian tahun, atau tahun yang berganti itu hanya istilah untuk menyebut jiwa-jiwa baru yang seharusnya tumbuh dan berubah. Pemikiran-pemikiran yang terbuka, senyum-senyum yang ditebar lebih banyak lagi. Tahun yang berganti adalah penanda untuk kita membaca pertanda, tentang hidup yang tak hanya memperpanjang usia tapi juga memberikan makna bagi sekitar. Menjadi pribadi-pribadi yang memenangkan takdir yang telah dipilihnya sendiri.

Yang muda adalah yang bergejolak, itu ungkapan yang seharusnya tak hanya di hapal tapi juga di pahami. Bumi membutuhkan generasi muda yang cerdas dan peduli. Generasi yang tidak hanya menghabiskan waktunya pada percintaan dan bergumul dengan teknologi.

Sekiranya aku terlalu berlebihan berpengharapan tentang negeri yang kutinggali ini menjadi lebih damai. Aku menginjak tanahnya, aku meminum airnya, aku menghirup aromanya. Negeri ini telah memberiku banyak hal, aku hanya ingin tak lagi mendengar berita kericuhan, saling mengklaim dirinya menjadi yang paling benar.

Semoga makna Tahun baru tak hanya dimaknai dengan kebahagiaan karena menyediakan angka-angka bertanda merah di bulan Januari ini yang sangat banyak.

Selamat merayakan pengharapan dan memulai langkah-langkah yang telah terjadwal.   

No comments:

Post a Comment