Monday, December 4, 2023

Menjalin Relasi yang Sehat

Seorang kawan sering berkeluh kesah tentang pasangannya. Keluhan yang sama yang saya dengar hampir tiga tahun belakangan ini. Kawan saya tidak sendirian, Ia satu dari banyak pasangan yang menjalin relasi tidak sehat. Saya pun melihat relasi orang-orang terdekat saya, orang tua, saudara, teman hingga tetangga. Dari mereka saya menyadari ada pemahaman yang keliru tentang menjalin relasi. Kekeliruan ini salah satunya didukung dari motivasi awal menjalin relasi, seperti kebutuhan status sosial, kebutuhan sexual ataupun hanya sebatas kebutuhan pembuktian bahwa mampu berpasangan, hanya sedikit saja yang memang berlandaskan cinta kasih.

Kekeliruan ini berlanjut ketika menjalin hubungan. Menggunakan gaya komunikasi searah, enggan berdialog, mendominasi, menganggap tidak setara hingga tidak memberikan ruang untuk pasangan menjadi dirinya sendiri.

Dalam relasi yang tidak sehat, seseorang bahkan tidak menyadari bahwa ia sedang menjadi budak bagi lainnya. Kebohongan, manipulasi, saling menyakiti, menjadi bumbu yang kian hari kian tajam, yang sebenarnya akan meledak seperti bom waktu. Setiap hari menjadi buruk. Relasi yang tidak sehat mempunyai efek domino. Energi negatif membiak dengan cepat, menyebabkan penderitaan, cara pandang menjadi sempit dan penuh berprasangka buruk, bahkan terasing dari diri yang sebenarnya.

Bahagia Saat Ini

Tadi malam saya makan di sebuah cafe vegan. Suasana bulan desember nampak disambut dengan hangat. Dekorasi pohon natal sederhana dan playlist musik natal yang diputar memanjakan indera. Rasa tenang menyusup di dalam dada, membuat tak ingin beranjak.

Saya menikmati sajian makanan vegan dengan penuh kesadaran, merasakan bahan makanan yang hanya berbahan baku sayur-sayuran tersebut. Ada kelegaan luar biasa ketika sudah mampu menolak ego untuk tidak mengikuti keinginannya memakan hewan. Sejenak ada ucapan syukur yang terselip dalam setiap suapan. Meski sampai hari inipun saya masih belajar, namun enam bulan sejak saya memutuskan menjadi vegetarian rasanya hari-hari saya menjadi berbeda.

Tepat di hadapan saya ada kata-kata yang ditulis di dinding “Bahagia Saat Ini”, kalimat ringkas yang maknanya sangat dalam. Mengapa kalimat tersebut harus ditulis dan dipampang di area yang semua orang bisa melihatnya? Ini seperti sebuah kesengajaan dan seruan yang bersifat mengingatkan. Apakah keadaan sudah sedemikian genting sehingga manusia perlu diingatkan untuk “Bahagia Saat Ini?”.

Thursday, November 30, 2023

Pelajaran dari si Hitam

Semalam hujan deras dan lama, suaranya memecah keheningan. Alpha, Cello dan Gato, ketiga kucing yang berada di rumah tidak dapat tertidur pulas. Suara guntur membuat mereka terjaga. Beruntung ketiganya terlindung dan aman, juga berada di dalam kamar yang dapat memberikan rasa hangat.

Esoknya, seperti biasa saya membuka pintu dan menghirup udara segar. Sekilas memeriksa apakah ada kucing jalanan yang menunggu, karena sudah hampir empat bulan, biasanya ada si Hitam kucing berwarna hitam yang rajin mengunjungi rumah untuk sekedar mencari makan.

Hitam pun datang, kotak makannya yang semalam penuh telah habis. Segera saya isi kembali dengan makanan kering. Saya tahu kesukaan Hitam selayaknya kucing lainnya adalah makanan basah, tetapi pagi itu saya menunda untuk memberi Hitam makanan basah. Agak siang atau malam saja saya akan berikan Hitam makanan kesukaannya, pikir saya saat itu.

Tak berapa lama terjadi keributan di luar. Ternyata ada satpam yang membawa jaring. Saat itu juga saya tahu Hitam ditangkap. Di Komplek perumahan saya memang selalu ada penangkapan kucing liar rutin sebulan sekali. Dengan dalih menertibkan kawasan agar layak dihuni oleh manusia, maka menghilangkan mahkluk lain salah satunya kucing adalah cara yang mereka tempuh. Menggunakan rasa superioritas, manusia seolah berhak mengklaim bahwa bumi ini hanya untuk dirinya.

Monday, November 6, 2023

Belajar Renang


Renang adalah olahraga yang asing bagi saya. Lahir dan besar di desa yang tidak mempunyai akses ke kolam renang cukup menyulitkan saya untuk mengakrabi olahraga ini. Doktrin-doktrin menakutkan seperti tenggelam, kram, terkilir, hingga mati di kolam renang juga menjadi hantu yang memenuhi pikiran saya.

Saat itu, ketika bocah tahun 1990-2000an umumnya di desa saya orang berenang di sungai. Kawan-kawan saya yang laki-laki mahir berenang karena mereka terlatih berenang di sungai. Namun, bagi saya yang perempuan berenang di sungai menjadi suatu keterbatasan.

Saya sebenarnya paham sejak awal bahwa renang adalah olahraga yang baik untuk tubuh, bagus untuk memperbaiki sistem pernafasan dan sirkulasi darah. Apalagi menjelang usia tua, renang merupakan salah satu aktifitas yang dianjurkan oleh hampir setiap praktisi kesehatan. Namun, pengetahuan ini ternyata tidak cukup untuk membuat saya berani berenang. Hingga dua bulan lalu september 2023, ketika kondisi saya sudah siap, dalam artian fisik, mental, kesadaran, finansial dan akses ke kolam renang dekat akhirnya saya memutuskan untuk belajar berenang.

Mulailah saya berlatih berenang ditemani pelatih renang. Belajar dari nol, di usia tiga puluh tujuh tahun. Mula-mula saya diajari bernafas di air, yang ternyata sistemnya terbalik ketika di darat. Bernafas di air, caranya mengambil nafas di darat dengan mulut, lalu masuk ke air dan keluarkan nafas dari hidung. Pelatih menamainya bubbling. Berulang kali saya melakukan bubbling hingga bernafas di air menjadi automatisasi. Berlatih pernafasan adalah yang utama, karena ini modal untuk berenang. Kemudian saya belajar nyaman dengan air, saya berjalan dari satu tepi ke tepi lainnya dan meyakinkan diri berkali-kali bahwa saya tidak akan tenggelam karena tinggi tubuh saya masih melampaui kedalaman kolam renang.

Thursday, October 12, 2023

Mendengarkan Dhamma

Genap setahun saya melakukan rutinitas setiap pagi mendengarkan ceramah dhamma. Rutinitas ini lahir ketika kondisi mental sedang down, saya merasa butuh pertolongan. Entah bagaimana tiba-tiba memilih dhamma, ajaran Budha untuk menemani kepulihan luka batin dan mental down tersebut. Setiap hari jam enam pagi saya menuju channel youtube ceramah, ataupun podcast yang berisi pembacaan buku-buku dhamma. Mendengarkannya selama satu jam menjadi cara saya memulai hari.

Dari hari ke hari saya semakin terkesan dengan dhamma, ajarannya sangat logis. Ajahn, Monk, Bhante fasih berbicara psikologis manusia, mereka menyentuh hingga ke akar permasalahan yang kerap diderita manusia. Saya belajar mengenai akar penderitaan, mengapa sulit bahagia, mengapa memiliki kecemasan dan ketakutan. Bagi saya yang kala itu sedang dirundung luka batin, ajaran mereka begitu menyelamatkan.

Bulan berganti, saya merasakan banyak perubahan yang terjadi. Kesedihan, penyesalan, ketakutan, penderitaan pelan-pelan menghilang berganti rasa lega dan tenang. Saya semakin terampil mencatat semua perasaan yang saya alami. Apakah saya marah?mengapa harus marah? begitu juga dengan rasa sedih, iri, sombong, sakit hati. Saya bisa menyadari adanya perasaan itu dengan mudah. Lantas, saya pun jadi harus mengambil sikap, tidak lagi memuliakan dan melekat pada pikiran dan perasaan negatif tersebut.


Friday, September 22, 2023

Menjadi Vegetarian

Sejak memelihara kucing setahun yang lalu, saya jadi punya keinginan sederhana yang sepertinya sulit diwujudkan yaitu berbincang dengan mereka atau sekedar mengerti apa yang mereka katakan meskipun hanya beberapa kalimat. Keinginan itu saya rawat setiap hari hingga mengantarkan saya pada pengetahuan baru tentang animal communicator. Saya pun jadi rajin mengunjungi dan belajar dari beberapa akun animal communicator di Youtube.

Saya paham benar bahwa ini bukan perkara mudah, selain ada beberapa orang yang memang mempunyai ‘bakat’ juga butuh ketelatenan untuk melatihnya karena berkomunikasi dengan kucing artinya saya harus masuk ke frekuensi/gelombang yang sama dengan mereka.

Juli 2023, dalam proses pembelajaran saya pun akhirnya terdampar di kursus online Udemy, “Telephatic Animal Communicator Insights” yang diampu oleh 6 orang animal communicator. Alih-alih menjelaskan secara teknis bagaimana cara menjadi animal communicator, selama 2 jam kursus ini menyampaikan dengan mendalam tentang konsep mendasar bagaimana membuat koneksi dengan hewan. Kesadaran yang tinggi, empati dan simpati adalah syarat mutlak yang harus dimiliki, karena hanya dengan cara inilah manusia bisa terhubung dengan hewan.

Monday, May 8, 2023

Satu Tahun Resign

1 Mei 2022 saya mengundurkan diri sebagai dosen di Kampus tempat saya bekerja selama 13 tahun. Pengunduran diri ini bukan tindakan spontan tapi hasil perenungan sejak tahun 2019. Keputusan besar ini mengubah hidup saya. 

Tadinya saya berpikir saya akan melanjutkan bekerja kembali sebagai dosen di kampus lain, namun pandangan hidup baru saya memutuskan untuk saya berhenti dari pekerjaan mulia tersebut. Ada banyak ketidak-sepakatan dan kekecewaan atas banyaknya tuntutan administrasi dan sistem manajerial di profesi tersebut. Namun saya tak menampik, selama tiga belas tahun mengajar dan melakukan pengabdian saya mendapatkan banyak hal berharga yang membuat saya ada di titik sekarang. 

Melepas status sosial yang selama ini melekat dan menjadi image bagi diri sungguh sangat sulit. Saya dirundung dilema. Bagaimana saya menjalani hari-hari setelah 13 tahun terbiasa mengajar, dan bersosialisasi dengan banyak orang? Harus sekuat apa saya menutup telinga untuk tidak peduli omongan orang-orang terdekat atas keputusan tersebut? Bagaimana saya harus menyiasati penghasilan yang tadinya stabil menjadi tidak terprediksi? sampai pada akhirnya saya harus memikirkan bagaimana cara saya menjaga eksistensi jika saya tidak lagi menyandang status sebagai dosen? 

Sunday, April 2, 2023

Cara Saya Memulihkan Trauma


Patah hati terbesar saya adalah ketika bapak meninggalkan saya, ibu dan kakak tahun 2005. Saat itu adalah momen saya memasuki bangku kuliah. Kepergiannya menandai luka batin terbesar pertama saya. Sayangnya, ia pergi tanpa penjelasan, tanpa maaf dan penyesalan. Ia tak pernah menanyai bagaimana kabar saya, bagaimana saya makan, bagaimana saya bisa membiayai kuliah, apakah saya bisa mengerjakan ujian, atau gimana cara saya bertahan hidup selama di kota rantauan, hingga tahun-tahun sesudahnya ia mungkin lupa (tak pernah) bertanya.

Rasa sakit itu ternyata melekat, tak mau hilang.  Orang pertama yang saya harapkan dapat melindungi saya ketika masa pendewasaan ternyata menjadi orang yang paling menyakiti saya. 

Untungnya dengan segala sakit tersebut saya tetap mampu menjalani hidup dengan baik, menyelesaikan kuliah tepat waktu, tentunya dengan pertolongan banyak orang. 

Friday, January 13, 2023

Saya dan Meditasi

September 2022 lalu, saya didera kesedihan yang luar biasa. Hari-hari saya menjadi buruk dan tidak bergairah. Hati terasa kosong, yang diingat hanya tentang kekecewaan, kemarahan dan kesedihan atas banyak peristiwa buruk yang terjadi pada saya di masa lalu.

Saya menjalani hari-hari dengan penuh tangisan. Seringkali, air mata jatuh begitu saja dengan tiba-tiba. Mengobrol dengan kawan, bersepeda keliling komplek, main dengan Gato, memasak, belanja bahkan ketika berada di dalam mobil melakukan perjalanan. Rasanya setiap apa yang saya lihat selalu mengingatkan saya pada peristiwa di masa lampau.

Di tengah kesedihan tersebut beruntung saya dikenalkan oleh kawan untuk mempelajari meditasi. Dia menginformasikan akun-akun di sosial media untuk bermeditasi bersama. Saya pun mulai mengikutinya, membaca semua informasinya, membuka video-video meditasi yang tersebar di Youtube. Saya pun memantapkan diri untuk mengikuti meditasi dengan Samanera Abisarano dari akun IG : gomindful.id dan mengikuti meditasi pak Merta Ada dari Bali Usada.

Awal mula bermeditasi, saya tidak mengerti apa yang harus saya lakukan. Saya hanya mengikuti panduan Samanera atau pak Merta Ada. Alih-alih fokus pada nafas, pikiran saya justru melayang-layang pergi ke banyak tempat. Sulit sekali rasanya untuk memperhatikan nafas. Namun, saya mencoba bertahan. Pertama kali hanya bertahan sepuluh menit, kaki tidak kuat menahan kesemutan, badan juga terasa tegang. Tetapi saya tidak menyerah, saya coba berulang kali hingga akhirnya bisa bertahan mengikuti panduan sampai waktu berlalu tiga puluh menit bahkan hingga satu jam.