Seorang kawan sering berkeluh kesah tentang pasangannya. Keluhan yang sama yang saya dengar hampir tiga tahun belakangan ini. Kawan saya tidak sendirian, Ia satu dari banyak pasangan yang menjalin relasi tidak sehat. Saya pun melihat relasi orang-orang terdekat saya, orang tua, saudara, teman hingga tetangga. Dari mereka saya menyadari ada pemahaman yang keliru tentang menjalin relasi. Kekeliruan ini salah satunya didukung dari motivasi awal menjalin relasi, seperti kebutuhan status sosial, kebutuhan sexual ataupun hanya sebatas kebutuhan pembuktian bahwa mampu berpasangan, hanya sedikit saja yang memang berlandaskan cinta kasih.
Kekeliruan ini berlanjut ketika menjalin hubungan. Menggunakan gaya komunikasi searah, enggan berdialog, mendominasi, menganggap tidak setara hingga tidak memberikan ruang untuk pasangan menjadi dirinya sendiri.
Dalam relasi yang tidak sehat, seseorang bahkan tidak menyadari bahwa ia sedang menjadi budak bagi lainnya. Kebohongan, manipulasi, saling menyakiti, menjadi bumbu yang kian hari kian tajam, yang sebenarnya akan meledak seperti bom waktu. Setiap hari menjadi buruk. Relasi yang tidak sehat mempunyai efek domino. Energi negatif membiak dengan cepat, menyebabkan penderitaan, cara pandang menjadi sempit dan penuh berprasangka buruk, bahkan terasing dari diri yang sebenarnya.