Tadi malam saya makan di sebuah cafe vegan. Suasana bulan desember nampak disambut dengan hangat. Dekorasi pohon natal sederhana dan playlist musik natal yang diputar memanjakan indera. Rasa tenang menyusup di dalam dada, membuat tak ingin beranjak.
Saya menikmati sajian makanan vegan dengan penuh kesadaran, merasakan bahan makanan yang hanya berbahan baku sayur-sayuran tersebut. Ada kelegaan luar biasa ketika sudah mampu menolak ego untuk tidak mengikuti keinginannya memakan hewan. Sejenak ada ucapan syukur yang terselip dalam setiap suapan. Meski sampai hari inipun saya masih belajar, namun enam bulan sejak saya memutuskan menjadi vegetarian rasanya hari-hari saya menjadi berbeda.
Tepat di hadapan saya ada kata-kata yang ditulis di dinding “Bahagia Saat Ini”, kalimat ringkas yang maknanya sangat dalam. Mengapa kalimat tersebut harus ditulis dan dipampang di area yang semua orang bisa melihatnya? Ini seperti sebuah kesengajaan dan seruan yang bersifat mengingatkan. Apakah keadaan sudah sedemikian genting sehingga manusia perlu diingatkan untuk “Bahagia Saat Ini?”.
Banyak orang menganggap “Bahagia Saat Ini” adalah hal yang mudah dilakukan, tetapi kenyataannya berkebalikan. Mereka terkadang lupa berada di hari ini karena menaruh pikirannya jauh di masa lalu dan masa depan. Menjalani kehidupan dengan banyak penyesalan dan kekhawatiran. Ketidakmampuan mengontrol pikiran mengakibatkan manusia tidak sebenar-benarnya hidup di saat ini. Segala aktifitasnya dilakukan dengan kontrol kesadaran yang rendah. Akibatnya dapat menimbulkan masalah dan penderitaan di kemudian hari.
Manusia yang bisa hidup dengan kesadaran penuh di saat sekarang dapat mudah menikmati kehidupan. Hampir tak ada keluh kesah dan mudah bahagia, segala sesuatunya menjadi cukup. Semesta menjadi terlihat sangat murah hati. Tidak terpikir lagi untuk menyumpah serapahi segala keadaan. Semuanya menjadi baik dan mendukung, hal ini dapat terjadi karena kepiawaian mengamati perasaan dan pikiran.
“Bahagia Saat Ini” seolah menjadi kata-kata reflektif bagi siapapun yang membacanya. Apalagi dibaca ketika di bulan terakhir dalam kalender masehi. Bulan yang dinanti oleh banyak orang dan menjadi waktu yang tepat untuk merefleksikan diri. Ada yang memenuhi target tahunan dan menutup desember dengan puas, banyak pula yang meleset sehingga menjalani desember dengan penuh beban.
Sayangnya diantara target-target tahunan tersebut kebanyakan berkutat pada hal yang bersifat eksternal. Pencapaian material. Ini menjadi penyebab utama gagalnya mencapai target menjadi beban berat, sehingga sulit merasakan “Bahagia Saat Ini”, karena pencapaian material biasanya bersifat kompetitif.
Ada dalam kondisi selalu “Bahagia Saat Ini” memerlukan latihan yang tekun. Konsepnya sederhana, ada di saat ini. Butuh konsentrasi, fokus, sadar, lakukan dengan pelan-pelan dan lembut, kabar baiknya latihan ini bisa dilakukan setiap orang.
Makanan di mangkok saya telah habis. Banyaknya lagu-lagu natal yang sudah diputar dalam playlist menandakan bahwa saya sudah cukup lama berada di sana, menikmati semua yang disuguhkan. Sebelum meninggalkan cafe, mata saya tertambat lagi pada tulisan “Bahagia Saat Ini”. Di luar, suara hujan bulan desember sayup-sayup terdengar lirih menambah kekudusan, menggenapkan dan membuat cukup.
No comments:
Post a Comment