Kelas senin pagi. Tepat jam 10.
Ruangan pendopo yang terletak lebih tinggi dibandingkan
perumahan penduduk menjadi pusat kegiatan. Seperti hari ini, kelas senin pagi.
Ada 10 orang yang datang. Aku melihat
ada 2 wajah baru diantara lainnya. Dua-duanya lelaki. Rambutnya ikal, kulitnya
putih, hidungnya mancung. Segera aku mengajaknya berkenalan, Cleo dan Kinan.
Tanpa aba-aba, kami langsung duduk melingkar. Angin yang
bertiup masuk ke ruangan terbuka pendopo ini. Menghembuskan aroma alam yang
ramah, mengajak bermain.
Kami saling berpasangan. Tanpa sengaja aku memilih
berpasangan dengan Kinan. Diandra pelatih kelas senin pagi, memberi petunjuk.
Kami di haruskan duduk saling berhadapan dan memegang tangan pasangan kami.
Lalu salah satu dari kami diharuskan berbicara apa saja selama 15 menit dan
salah satunya lagi mendengarkan. Seketika ruangan pun menjadi riuh oleh ceracau
yang tak jelas dari 5 orang. Kelima lainnya mendengarkan dengan seksama, ada
juga yang sudah terlihat bosan. Aku duluan kebagian berbicara. Aku berbicara
banyak hal. Dari mulai aktifitas, kegemaran, perc intaan, hingga masa lalu.
Mulutku tak henti berbicara, terkadang emosional. Tanpa sadar aku seperti
dipaksa mengeluarkan segala hal yang terpendam. Kepingan-kepingan kenangan
seolah menunggu giliran untuk dimuntahkan. Kinan memberiku kekuatan melalui
genggaman, dari sorot matanya aku tahu dia sedang menyimak. Dari bahasa
tubuhnya sepertinya dia tak sabar ingin merespon apa yang kubicarakan, tapi
waktuku berbicara belum habis, tersisa 5 menit lagi. Akhirnya 15 menit kujalani
dengan berbicara banyak hal tanpa lawan bicara. Aku terdiam beberapa saat. Ada
perasaan lega setelah semua yang mengendap akhirnya keluar dengan semestinya.
Tiba giliran Kinan yang berbicara dan aku yang mendengarkan. 5 menit pertama
aku bisa menyimak Kinan, 10 menit selanjutnya aku sudah tak tahan mendengar
suaranya. Mungkin itu juga yang dirasakan Kinan tadi. Waktu seperti enggan
melumat hitungan, detik-demi-detik seperti berhenti. Inilah konsep rasa bosan,
jenuh.
30 menit yang riuh. Diandra menjelaskan konsep bermain tadi.
Itu melatih mental kita bisa sabar atau tidak menjadi pendengar. Karena
kebanyakan orang banyak bicara dan jarang mendengar. Ya aku pun mengerti, 15
menit tadi seperti siksaan tanpa henti.
Diandra meneruskan permainan. Sekarang kami diharuskan untuk
membunyikan huruf a sekeras-kerasnya. Kami langsung berteriak, menggemakan
huruf a ke segala penjuru. Ada yang lepas setelah kami teriak. Kenapa tidak
huruf s?atau huruf d misalnya?kenapa mesti a? Ternyata a adalah huruf yang
melepaskan, semua hormon seolah bekerja sama untuk saling “membebaskan”.
Kelas senin pagi pun usai. Itu artinya 5 hari kedepan kami
berkumpul kembali. Ya, satu minggu di Negeri tak bernama ini hanya terdiri dari
5 hari, senin, selasa, jumat, sabtu, minggu. Kami tak mengenal hari rabu dan
kamis, hitungan 1 hari penuh hanya 18 jam. Lucunya, konsep waktu yang menurut
kami ini pendek, ternyata untuk para penghuni negeri Senja, itu waktu yang
terlalu lama. Akupun heran kenapa bisa begini, bukankah kita masi berada di
langit yang sama? Entahlah.
Ini musim hujan gerimis, tanah selalu basah. Tapi syukurlah
itu artinya tanaman padi siap di panen, aku mengajak Cleo dan Kinan, 2 peserta
baru kelas senin pagi untuk menengok padi-padi yang sedang hamil. Ya, padipun
hamil. Semua tumbuhan hamil, lalu melahirkan. Di sini kami menganggap mereka
sama seperti kami, manusia. Tumbuhan punya rasa sakit, ketika di maki mereka
pun sakit hati, ketika tidak dikasih makan mereka akan kurus kering. Kehamilan
mereka dan buah-buah yang akan dilahirkannya adalah anugrah untuk kita.
Memanusiakan tumbuhan, sehingga mereka pun dengan tulus mengandung benih-benih
yang akan menjadi sumber energi untuk kami.
Cleo dan Kinan baru 2 hari tinggal di Negeri Tak Bernama
ini. Katanya Kinan memaksa Hazara, Hazara ini penjaga pintu gerbang Negeri
Senja, untuk membukakan gerbangnya. Hazara bersikeras, kalau mau ke negeri tak
bernama dia akan di coret dari Negeri Senja. Paspor dan KTP di tahan, katanya
Negeri tak bernama tak mengenal segala bentuk pembatasan diri dalam
administrasi seperti ini.
No comments:
Post a Comment