Wednesday, August 1, 2012

"Yang Terbaik" : pemahaman atas dua kepala


Hampir fajar...

“Aku gak ngerti, sama sekali gak ngerti dengan apa yang kurasain sekarang”, kataku memulai percakapan.

“ya sudah dinikmati saja, meskipun menjalani sesuatu tanpa tahu alasan itu aneh, jawabannya bisa jadi ada di belakang, percaya deh Allah itu  baik. meskipun gak selalu mendatangkan orang-orang yang menguntungkan, tapi itu bikin level kita naik, jadi obati hati kita segera ketika sakit, entah sakit hati, iri, dendam atau apapun.” Katamu... menjelaskan.

“Lihat di atas kamu, bulan separuh, fajar menjelang, kamu tidak takut kalo kecantikanmu kalah oleh cahaya bulan, karena kamu merengut gak jelas gitu?” Katamu... sambil memainkan anak rambutku. 


“Sudah jangan menggoda”,(masi dengan tampang merengut sambil berlalu dari hadapanmu).

“ia benar, apa yang terbaik menurut kita saat ini, belum tentu itu yang terbaik, sekalipun itu dipertahankan, hasilnya nanti buruk”, ujarku.

“hei..aku tidak sependapat denganmu kali ini, terbaik itu bukan soal pemberian, tapi cara menyikapi, semua orang bisa saja  kehilangan pekerjaan, tapi ada diantaranya yang sukses, ada diantaranya yang bunuh diri, jadi kita sendiri yang harus jadikan itu jadi yang terbaik tentu dengan ijinNya”, ujarmu...menyahut cepat.

“Kalo menurutmu semua bisa dijadikan yang terbaik, berarti kita akan ada pada kondisi mempertahankan suatu keadaan, sekalipun itu salah?” sahutku...tak mau kalah.

“bisa..., tapi kan nanti Allah akan menunjukkan sentuhan-sentuhanNya, seperti saat ini ketika beberapa jam lalu kamu telah memutuskan sesuatu tentang hidupmu, apapun itu, ada saatnya segalanya harus diterima, karena aku percaya adanya qadha dan qadar”. Katamu...

 “ia.. tentu ada campur tangan Allah di dalamnya, secara tidak sadar Dia menuntun kita, hingga akhirnya kita harus memilih sesuatu, menentukan sesuatu, mengambil keputusan, sekalipun keputusan yang kita ambil adalah salah. Dia pasti sudah menyediakan konsekuensinya, intinya kita terima gak konsekuensinya?ada yang berlapang dada, tapi banyak juga yang mengeluh, lalu menyesal atas keputusan yang telah diambil, aku percaya selama niatan baik, aku yakin kita juga akan ditunjukkan pada jalan yang baik”. Ujarku... menyangkalnya.

Kamu tersenyum... sambil menutup jendela kamar,  kamu mendekat...mengecup keningku...

Itu yang aku suka perempuan dengan isi kepala yang tidak pernah bisa ditebak, berbantahan dan tidak melulu manut. Katamu...

Kamupun melanjutkan...
“benar katamu, dalam frameku qadha dan qadar serta takdir itu seperti labirin, kita start dimana dan finish dimana, mungkin ada 3 jalan menuju finish, kita pilih yang mana? Tapi ketentuan Allah sudah lebih ada, ditulis di Lauh Mahfuz, konon tintanya sudah kering sebelum kita bernafas di bumi”

“Nah itu yang aku maksud tadi “apa yang menurut kita terbaik, belum tentu itu terbaik di mata Allah”, kata-kata ini sudah sangat lumrah, entah siapa yang mendengungkannya pertama kali, kalau tadi kamu menyangkalnya, berarti kamu menyangkal hampir semua orang, yang kuyakini punya pendapat yang sama denganku”.ujarku... merasa menang.

“ya bisa jadi, mungkin nanti aku baru tahu kalau aku salah, tapi hari ini itu yang kumengerti, kalau guru meminta kita belajar dengan mencatat sementara kita terbatas persoalan visual, apa kita tidak boleh memilih untuk merekam lalu mendengarnya berulang-ulang?kita diberi kelebihan yang berbeda-beda, jangan kaku...” katamu... tetap menyangkal.

“aku cuma mengingat-ngingat kata-kata yang akan kamu lontarkan di ujung, “susah memang debate sama kamu”. Jangan kamu pikir aku tidak memikirkan kata-kata orang yang kusangkal, itu bisa mempengaruhi aku meskipun mungkin 1 jam kemudian, 2 hari kemudian atau bahkan 2 tahun kemudian, disitu penting untukku introspeksi, karena kita akan mengingat, pelajaran usang bisa jadi diterapkan.” Ujarmu... melanjutkan.

“ia deh... berbincang denganmu akan selalu melebar kemana-kemana, kenapa sih gak mengiakan saja?apa susahnya kamu mengiakan aku?” kataku... ketus.

“Setiap kepala mempunyai pemahaman sendiri, sama halnya dengan kamu yang memilih senja sebagai puncak keindahan langit, aku sendiri memilih fajar, kecantikan langit saat fajar itu mutlak”, ujarmu menutup percakapan.


_______________
Inspirasi : kamu.


No comments:

Post a Comment