Hampir fajar...
“Aku gak ngerti, sama sekali gak ngerti dengan apa yang
kurasain sekarang”, kataku memulai percakapan.
“ya sudah dinikmati saja, meskipun menjalani sesuatu tanpa
tahu alasan itu aneh, jawabannya bisa jadi ada di belakang, percaya deh Allah
itu baik. meskipun gak selalu
mendatangkan orang-orang yang menguntungkan, tapi itu bikin level kita naik,
jadi obati hati kita segera ketika sakit, entah sakit hati, iri, dendam atau
apapun.” Katamu... menjelaskan.
“Lihat di atas kamu, bulan separuh, fajar menjelang, kamu
tidak takut kalo kecantikanmu kalah oleh cahaya bulan, karena kamu merengut gak
jelas gitu?” Katamu... sambil memainkan anak rambutku.
“Sudah jangan menggoda”,(masi dengan tampang merengut sambil berlalu dari
hadapanmu).
“ia benar, apa yang terbaik menurut kita saat ini, belum
tentu itu yang terbaik, sekalipun itu dipertahankan, hasilnya nanti buruk”,
ujarku.
“hei..aku tidak sependapat denganmu kali ini, terbaik itu
bukan soal pemberian, tapi cara menyikapi, semua orang bisa saja kehilangan pekerjaan, tapi ada diantaranya
yang sukses, ada diantaranya yang bunuh diri, jadi kita sendiri yang harus
jadikan itu jadi yang terbaik tentu dengan ijinNya”, ujarmu...menyahut cepat.
“Kalo menurutmu semua bisa dijadikan yang terbaik, berarti
kita akan ada pada kondisi mempertahankan suatu keadaan, sekalipun itu salah?”
sahutku...tak mau kalah.
“bisa..., tapi kan nanti Allah akan menunjukkan sentuhan-sentuhanNya,
seperti saat ini ketika beberapa jam lalu kamu telah memutuskan sesuatu tentang
hidupmu, apapun itu, ada saatnya segalanya harus diterima, karena aku percaya
adanya qadha dan qadar”. Katamu...
“ia.. tentu ada
campur tangan Allah di dalamnya, secara tidak sadar Dia menuntun kita, hingga
akhirnya kita harus memilih sesuatu, menentukan sesuatu, mengambil keputusan,
sekalipun keputusan yang kita ambil adalah salah. Dia pasti sudah menyediakan
konsekuensinya, intinya kita terima gak konsekuensinya?ada yang berlapang dada,
tapi banyak juga yang mengeluh, lalu menyesal atas keputusan yang telah
diambil, aku percaya selama niatan baik, aku yakin kita juga akan ditunjukkan
pada jalan yang baik”. Ujarku... menyangkalnya.
Kamu tersenyum... sambil menutup jendela kamar, kamu mendekat...mengecup keningku...
Itu yang aku suka perempuan dengan isi kepala yang tidak
pernah bisa ditebak, berbantahan dan tidak melulu manut. Katamu...
Kamupun melanjutkan...
“benar katamu, dalam frameku
qadha dan qadar serta takdir itu seperti labirin, kita start dimana dan finish
dimana, mungkin ada 3 jalan menuju finish,
kita pilih yang mana? Tapi ketentuan Allah sudah lebih ada, ditulis di Lauh
Mahfuz, konon tintanya sudah kering sebelum kita bernafas di bumi”
“Nah itu yang aku maksud tadi “apa yang menurut kita
terbaik, belum tentu itu terbaik di mata Allah”, kata-kata ini sudah sangat
lumrah, entah siapa yang mendengungkannya pertama kali, kalau tadi kamu
menyangkalnya, berarti kamu menyangkal hampir semua orang, yang kuyakini punya
pendapat yang sama denganku”.ujarku... merasa menang.
“ya bisa jadi, mungkin nanti aku baru tahu kalau aku salah,
tapi hari ini itu yang kumengerti, kalau guru meminta kita belajar dengan
mencatat sementara kita terbatas persoalan visual, apa kita tidak boleh memilih
untuk merekam lalu mendengarnya berulang-ulang?kita diberi kelebihan yang
berbeda-beda, jangan kaku...” katamu... tetap menyangkal.
“aku cuma mengingat-ngingat kata-kata yang akan kamu
lontarkan di ujung, “susah memang debate
sama kamu”. Jangan kamu pikir aku tidak memikirkan kata-kata orang yang
kusangkal, itu bisa mempengaruhi aku meskipun mungkin 1 jam kemudian, 2 hari
kemudian atau bahkan 2 tahun kemudian, disitu penting untukku introspeksi,
karena kita akan mengingat, pelajaran usang bisa jadi diterapkan.” Ujarmu...
melanjutkan.
“ia deh... berbincang denganmu akan selalu melebar
kemana-kemana, kenapa sih gak mengiakan saja?apa susahnya kamu mengiakan aku?”
kataku... ketus.
“Setiap kepala mempunyai pemahaman sendiri, sama halnya
dengan kamu yang memilih senja sebagai puncak keindahan langit, aku sendiri
memilih fajar, kecantikan langit saat fajar itu mutlak”, ujarmu menutup
percakapan.
_______________
Inspirasi : kamu.
_______________
Inspirasi : kamu.
No comments:
Post a Comment