Undangan buka puasa di hari pertama datang dari seorang kawan baru, dia mengajakku buka puasa bareng di daerah Cikutra, tanpa ragu kujawab ya ajakannya, mengingat dia satu alamamater denganku, jam 3 sore dengan pakaian necis, kacamata hitam, parfum yang semerbak dan diantar mobil mewahnya dia datang menjemputku, sempat kaget aku dibuatnya karena setahun lalu ketika pertama kali mengenalnya, penampilannya sederhana, tapi justru kesederhanaannya itu yang membuatnya jauh lebih ganteng dari pada hari ini.
Jam
3 berangkat untuk agenda buka puasa bareng menurutku itu sudah melewati ambang
waktu, karena jarak Cibiru-Cikutra hanya 13km-an, lalu akan kemana sisa waktu
yang banyak itu?yang setahuku jarum jam waktu adzan magrib dari dulu hingga
kini tak pernah bergeser menunjuk ke angka 4, selalu angka 6.
Di
perjalanan menuju Cikutra obrolan pun mengalir, mulai dari almamater yang sama,
lantas ke aktifitas harian, di mobil mewahnya aku sudah merasa sangat tak
nyaman, hawa mabok segera menyerang (maklum terbiasa naik angkot), berusaha
untuk tampil nyaman itu sangat menyakitkan, dan terus berpura-pura nyaman itu
menyedihkan. Mengalir pertanyaan begitu saja dari mulutku..”memangnya aktifitas
harian kamu apa?”. Dengan sumringah dia menjawab “tau M**** N*****”. Seketika aku
menggeleng keras. Lalu dia melanjutkan “kalo p******* tau”. Seketika aku
terbahak keras, jelas aku tahu, karena beberapa waktu lalu teman dekatku
menawarkan propolis. Spontan ku bilang “jangan-jangan aku mau diajakin prospek
propolis lagi?sial jebakan ini.” Rutukku kepadanya. Dia tersenyum, dan mobilnya
pun melintas memecah jalanan Bandung. Kami masuk ke gang-gang, melewati
Universitas Wydiatama, dan tepat jam 3.30 menit akupun sudah berada di base-camp dia dan teamnya (dia sebut
begitu).
Setelah
mereka puas, (tapi tentunya aku tidak puas sama sekali), mengalirlah dari mulut
mereka cerita-cerita kesuksesannya, uang melimpah, mobil mewah, rumah mewah. Aku
hanya manggut-manggut menyadari bahwa passionku akan materi tidak setinggi
mereka, rendah sekali, dan untuk kali ini aku merasa beruntung dengan anomali ini.
Menurutku materi bukan diukur dari besar dan kecil, tapi berkah dan tidak.
Waktu
berbuka puasa hampir tiba, yang kuinginkan hanya satu pulang ke rumah dan
tarawih tentu saja. Setengah memaksakan diri aku pun pamit, pada team yang
telah berhasil mem“prospek” aku.
Temanku
pun mengantarkanku pulang, hilang sudah selera untuk makan enak di buka puasa hari
pertama ini. Padanya aku sempat berkata “menjadi kaya adalah pilihan, bukan takdir, seperti
kamu yang memilih kaya dengan cara seperti ini, aku pun sendiri punya pilihan,
aku memilih tetap mengajar sebagai caraku mencari nafkah dan pahala”.
Aku
jadi teringat jaman dulu, pada masa-masa kuliah seringkali aku diajak teman
untuk ikut kumpul ujung-ujungnya adalah prospek, dari mulai Voucher Key,
Tianshi, K-Link, dan masih banyak lagi. Disini aku melihat sisi negatifnya,
pada waktu itu, aku tentu saja muak dengan temanku, karena ujung-ujungnya pasti
prospek, jadi semacam pertemanan dengan iat terselubung (upps hanya pikiranku
sendiri). itu membuat aku dan yang lainnya enggan bertemu dengannya, tapi sisi
positifnya yang kulihat dari temanku dan teman-teman lain yang telah bergabung
dengan bisnis ini, mereka menjadi pekerja keras, keras tiap hari mencari calon
member, tanpa lelah, getol banget menyebarkan “agama baru” kepada setiap orang
yang dikenalnya, bahkan yang tidak dikenalnya sekalipun, di bus damri, di
halte, di mushola, dengan bolpoint dan kertas kosong, itu adalah modal untuk
teman-temanku membuat sketsa “kaki-kaki” dan angka-angka rupiah ajaib.
Aku
turut senang dengan teman-temanku yang sudah berhasil dalam bisnis ini, dalam
jangka 1 tahun, membeli mobil dan rumah mewah, terus semangat kawan.
Mungkin
aku sendiri yang salah, karena aku selalu membuat pilihan yang sederhana, dan memilih
cara hidup yang sederhana, tapi aku sangat yakin, yang sederhana ini justru
akan menyelamatkanku dunia akhirat.
kalo M****N***** emang basecampnya di daerah cikutra na....
ReplyDeletegak nanya-nanya dulu sihhh wkwkwkwkw...gimana rasanya terjebak bwahahah gak kebayang ama muka na saat itu :p