Menemani langkahmu seperti menghadiahiku sebuah kehidupan baru, detak demi detak, waktu yang menganut sistem ketidakpastian pun nyatanya turut menghadiahiku luapan kegembiraan yang membuatku meloncat hampir menyentuh langit
Kamu… dengan sejuta makna kata “kamu”, hingga saat
ini tak mampu kucerna, 4 huruf yang biasanya lugas mendefinisikan seseorang,
tetapi semuanya tertahan ketika aku berucap “kamu”. Bukan, bukan karena kamu
terlalu kacau untuk didefinisikan, tapi karena “kamu” mampu melesat menuju kerongkonganku,
membuatku tercekat, hingga tak satu katapun keluar untuk ku mendefinisikan
“kamu”.
Hanya dapat kuceritakan sebagian kecil tentang
kamu, sosok yang menemaniku berjalan jauh, sangat jauh, kalau saja kamu ingat,
kita pernah berjalan pada stepa yang sangat luas, dimana kita hanya terlihat
sebagai titik yang bergerak jika dilihat dari atas, 2 titik yang berdampingan,
saling menggenggam, rambut dikepala kita waktu itu telah bisa dijadikan wajan
untuk membuat telor mata sapi, kalau saja kamu ingat, kita juga pernah
menyusuri tepian sungai yang panjang, alirannya deras, membuatku berkali-kali
terjatuh. Kalau saja kamu
ingat, kita melawan hujan, yang memukul-mukul wajah kita di atas pasupati
dengan terang dari lampu-lampu mobil.
Semua terlalu istimewa untuk
diceritakan hingga akhirnya, aku terantuk dan menyadari, masa memiliki kadar
untuk berhenti... kusebut saja itu kadaluarsa.
No comments:
Post a Comment