![]() |
The Race Alone karya Ugo Untoro Beauty is the first, the alone, the sole, the strange, the infinity |
Seringkali saya ditinggalkan, sesekali saya meninggalkan. Petang
itu, ketika Bathara kala baru saja pamit kamu pun menyatakan pergi, tanpa
meminta persetujuan. Kamu pergi tepat ketika kita baru saja menyudahi semua
permainan hari ini. Separuh hari setiap hari kulewatkan denganmu. Permainan yang
dilakukan di taman diiringi suara gaduh anak-anak kecil, dan seringkali kita
dibekali oleh-oleh senyuman dari mulut-mulut kecil yang penuh dengan kata
ketika permainan usai.
Tak ada yang bisa kulakukan selain membiarkanmu pergi.
Gemuruh rasa panas di dada tak lagi jadi soal. Pengkhianatan, seringkali hadir
justru ketika semua sedang baik-baik saja. Kamu pergi dengan alasan yang tak
masuk akal, kamu terlihat rikuh memungut kata-kata yang mengada-ada. Wajahmu yang
seringkali saya puja, sore itu berubah menjadi sosok yang tak pernah saya kenal.
Matamu, hidungmu, bibirmu semua menjadi saksi bahwa kamu sedang berbohong.
Ketiadaan waktu, katamu. Waktu tak pernah meniada, kamu yang
tiada.
Denarius. Saya memberimu sebutan pendek akhir-akhir ini. Akhirnya
kutemukan alasan kamu tiada. Kamu terlihat menang dengan keputusan yang telah
kamu buat, tanpa sedikitpun merasa menyesal apalagi bersalah. Kita semakin
berbeda, dulu kita serupa. Orang menyangka bagai pinang dibelah dua. Kepalsuan
memang tak akan bertahan lama.
Ada seseorang, mungkin dia keturunan malaikat tanpa sayap.
Dia tak pernah melepaskan pandangan dari saya. Mungkin diapun ikut terluka
ketika sore itu kamu pergi. Di hatinya yang besar saya sering bersandar,
sesekali bercerita dan tak jarang
menumpahkan air mata. Diapun ikut geram ketika tahu alasan kamu pergi sungguh
tak masuk akal, dan diapun menamaimu Denarius. Tanpa sadar, kamu melukai dua,
tak hanya satu. Menyembuhkan satu hati saja tak mudah, apalagi dua? Apa kamu
mampu?
Dengan gayamu yang cengengesan dan mimik wajah polos tanpa
rasa bersalah, kamu melangkah santai menuju alasan yang menjadi tujuanmu. Saya dan
keturunan malaikat itu bergegas untuk membenahi taman, menghilangkan
jejak-jejakmu dari sana selama-lamanya. Taman yang suci tak layak disinggahi
kepalsuan.
Denarius, lagi kusebut namamu. Hanya untuk meyakinkan saya
bahwa kita memang telah jauh berbeda arah. Terbesit rasa berterima kasih
untukmu, berkat perpisahan saya mengalami lagi banyak pertemuan. Saya juga jadi
paham bahwa ada keturunan malaikat yang selalu ada untuk saya. Dia hadir ketika
kamu baru sejengkal melangkah pergi.
-------
No comments:
Post a Comment