![]() |
The Race Alone karya Ugo Untoro Beauty is the first, the alone, the sole, the strange, the infinity |
Seringkali saya ditinggalkan, sesekali saya meninggalkan. Petang
itu, ketika Bathara kala baru saja pamit kamu pun menyatakan pergi, tanpa
meminta persetujuan. Kamu pergi tepat ketika kita baru saja menyudahi semua
permainan hari ini. Separuh hari setiap hari kulewatkan denganmu. Permainan yang
dilakukan di taman diiringi suara gaduh anak-anak kecil, dan seringkali kita
dibekali oleh-oleh senyuman dari mulut-mulut kecil yang penuh dengan kata
ketika permainan usai.
Tak ada yang bisa kulakukan selain membiarkanmu pergi.
Gemuruh rasa panas di dada tak lagi jadi soal. Pengkhianatan, seringkali hadir
justru ketika semua sedang baik-baik saja. Kamu pergi dengan alasan yang tak
masuk akal, kamu terlihat rikuh memungut kata-kata yang mengada-ada. Wajahmu yang
seringkali saya puja, sore itu berubah menjadi sosok yang tak pernah saya kenal.
Matamu, hidungmu, bibirmu semua menjadi saksi bahwa kamu sedang berbohong.
Ketiadaan waktu, katamu. Waktu tak pernah meniada, kamu yang
tiada.
Denarius. Saya memberimu sebutan pendek akhir-akhir ini. Akhirnya
kutemukan alasan kamu tiada. Kamu terlihat menang dengan keputusan yang telah
kamu buat, tanpa sedikitpun merasa menyesal apalagi bersalah. Kita semakin
berbeda, dulu kita serupa. Orang menyangka bagai pinang dibelah dua. Kepalsuan
memang tak akan bertahan lama.