![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDyI7_ZaACoeH1Y26jYpWG9p0JpJDo1eXh4akZCwDdMfhfOPf3lQHYVJX3WLerqcsxJFwy0U44neOO8HHVas7Nv0oA_M_6rUrEP24dHVCoGPmog0CLfu6zQPDwmcHH8zgePD31C3I3B9w/s320/Photo0023+-+Copy.jpg)
Kita sering menyapa melalui tulisan-tulisan, atau lonceng kereta api, ataupun aroma kopi dari dua gelas cangkir di pagi hari. Kita banyak bercerita tentang dia, mereka, anak-anak, para penari, isi
perut, bahkan rumah singgah.
Biasanya ketika aku mulai bercerita, kamu akan seksama mendengarkan, tanpa berpaling, tanpa menghelaku, kamu selalu bilang aku adalah pencerita yang hebat, tetapi ketika aku bernyanyi satu nada saja, kamu langsung melabelkan suaraku seperti campuran seniman Doel Sumbang dan Iwan Fals, akh…
mengesalkan!!!
Lalu kamu, ceritamu selalu mampu menghipnotisku, kamu dengan segala hal kelucuan dan aktifitasmu, kamu dengan segudang wawasan dan mata yang berbinar-binar ketika menceritakannya, itu sepertinya yang membuatku jatuh cinta padamu, satu tatapan, dua tatapan dan keseribu tatapan pun aku masih merasakan
denyut yang sama, aku jatuh cinta padamu.