![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR3H1QnI3oB5YI_QcMdIWz6sQpZzWM9aO6oUwpmHY0VL_i3vMTZ-nDngWsHKAdYfk9JgVl9Qtkbiza_IYLIqiaiS0LKhOh9_aVg1NQyqcsweyu-03OMpdNS7aw9D3g4mcJxmMqY4TeeyeO/s1600/hari-guru.jpg)
Hari ini 25 nopember, diperingati sebagai hari guru. Aku jadi teringat guru sekolah madrasahku, ya…sekolah madrasah, atau sekolah agama. Jadwal sekolahnya setelah sekolah dasar usai, dimulai dari jam 13.00 – 17.00, sekolah madrasah ini memiliki 4 tingkatan kelas, dari kelas 1 hingga kelas 4, maka akupun masuk menjadi siswi madrasah kelas 1 ketika aku berada di kelas 3 sekolah dasar, menurut ibuku katanya biar hitungannya pas, madrasah tamat, SD pun tamat.
Sekolah madrasahku namanya “Assalam” yang artinya pembuka. Letaknya persis dibelakang pasar, memiliki 2 ruangan yang berukuran kecil, karena ada 4 tingkatan kelas, maka guru pun membagi 1 ruangan untuk 2 kelas. Bayangkan, bagaimana penyampaian materi disana, di ruangan yang sama dihuni oleh 2 tingkatan kelas, kelas 1 & 2, kelas 3 & 4, blackboard yg hanya 1 di setiap ruangan akhirnya diberi batas oleh guru menjadi 2. Jujur saja, aku tak pernah fokus, bagaimana bisa fokus, ketika aku sedang belajar bahasa arab, adik tingkatku sedang belajar tarikh islam, beda tingkatan maka materi ajar pun berbeda. Tapi lagi-lagi ini lah kondisinya, bukti bahwa desa yang kudiami sangat tidak maju.