Friday, November 25, 2011

Guruku


Hari ini 25 nopember, diperingati sebagai hari guru. Aku jadi teringat guru sekolah madrasahku, ya…sekolah madrasah, atau sekolah agama. Jadwal sekolahnya setelah sekolah dasar usai, dimulai dari jam 13.00 – 17.00, sekolah madrasah ini memiliki 4 tingkatan kelas, dari kelas 1 hingga kelas 4, maka akupun masuk menjadi siswi madrasah kelas 1 ketika aku berada di kelas 3 sekolah dasar, menurut ibuku katanya biar hitungannya pas, madrasah tamat, SD pun tamat.

Sekolah madrasahku namanya “Assalam” yang artinya pembuka. Letaknya persis dibelakang pasar, memiliki 2 ruangan yang berukuran kecil, karena ada 4 tingkatan kelas, maka guru pun membagi 1 ruangan untuk 2 kelas. Bayangkan, bagaimana penyampaian materi disana, di ruangan yang sama dihuni oleh 2 tingkatan kelas, kelas 1 & 2, kelas 3 & 4, blackboard yg hanya 1 di setiap ruangan akhirnya diberi batas oleh guru menjadi 2. Jujur saja, aku tak pernah fokus, bagaimana bisa fokus, ketika aku sedang belajar bahasa arab, adik tingkatku sedang belajar tarikh islam, beda tingkatan maka materi ajar pun berbeda. Tapi lagi-lagi ini lah kondisinya, bukti bahwa desa yang kudiami sangat tidak maju.

Wednesday, November 23, 2011

Bunda

Kaki kecilmu melangkah disana

Mengurai waktu, mengetuk semua pintu

Kutemukan wajah letih dengan mata sembab

Tapi senyum itu tak pernah hilang, darimu…

Untukku…anakmu

masih kuingat jelas

rambut hitam, dan kulit kuning langsat itu

sekarang telah memutih dan mengkerut

betapa waktu sangat cepat mengubahnya

bunda…kita telah bersama-sama

mengayuh sampan menuju ujung muara

aku ingin tetap berada di sini, dekat denganmu

meski kamu berkali-kali bilang

sudah waktunya kau jalan sendiri nak…

Dialog Dengan Tuhan

Aku mencoba menikmati kesendirian ini, mencoba berdamai dengan keadaan yang mengharuskanku mengambil “kesempatan itu”…, aku melakukan dialog panjang denganMu pada suatu malam, bukankah aku telah lama meminta padaMu untuk suatu kesempatan yang sama??kuingat lagi, ya sejak tahun 2004, ku melihat gedung angkuh itu yang bersimbolkan makhluk raksasa, kucoba membuka semua pintu gerbang untuk masuk kedalamnya, seribu pintu kulalui, tapi hasilnya nihil, aku tak pernah menemukan kunci yang pas. Pada suatu titik dimana aku bergerak seperti osilator yang mempunyai simpangan minimum, makin melemah, dan makin melemah, sampai akhirnya aku menyerah, tak mampu lagi mencapai batas amplitudo maksimum. aku mulai hilang arah, kuenyahkan pikiran idealisku yang selama ini menjadi pembungkus otakku, ku ganti dengan realita yang ada, tapi tetap Tuhan aku tak bisa berdamai, aku benar-benar tak bisa menikmatinya…akh..aku hanya ingin lebih salahkah?? Engkau tersenyum mendengar keluhku, Kau ucap “Nikmatku mana lagi yang kau dustakan (QS. Ar-rohman)”… deg…aku menunduk, tak kuasa kutantang Engkau... aku mencoba berdamai dengan kesempatan yang ada, akan kucoba enyahkan pikiran idealisku... tapi Tuhan masih bolehkah aku berharap??untuk sekali saja Kau membantuku menemukan kunci yang pas memasuki bangunan angkuh yang selalu kukagumi??karena jujur, aku tak sanggup jika harus berjalan sendiri ”AKU tak pernah meninggalkanmu sedikitpun”jawabMu *ketika pertentangan idealis dan realita mulai berperang* Na ket : gambar diambil dari file pribadi

Tuesday, November 22, 2011

expresi

Di sana, aku melompat bergerak kesana-kemari, menari centil, melenggokkan kepala, mengayunkan kaki, pinggul pun bergoyang, aku berputar diiringi tawa ceria semua orang, alunan music tradisional membuat aku makin menghentak, ya…aku bahkan tak peduli ketika ada sepasang mata memandangku dan mengabadikan itu dengan lensa kameranya.

Peluh mulai bercucuran tipis saja, tapi music tradisional ini tak berhenti mengalun, sesaat diajaknya aku mengingat masa kecilku, bermain petak umpet, ular-ularan, dan mendendangkan lagu sepanjang zaman “rasa sayange”. Ya… disini aku merasa hidup, bersyukur karena aku terlahir di tanah sunda, aku menyanyikan lagu dengan bahasa ibuku, aku melirik ke atas tribun, dia masih terus memandangku, aku pun memandangnya dan tersenyum.