Wednesday, December 25, 2024

Mengalami dan Menyaksikan

November 2024

Usia saya 38 tahun, tentunya ada banyak peristiwa yang sudah saya alami dan saksikan. Mulanya, seperti kebanyakan orang lainnya, saya menganggap bahwa hidup itu sangatlah sulit, rumit. Anggapan ini juga tak lepas dari pengaruh orang-orang terdekat yang selalu menyuarakan tentang kesengsaraan hidupnya. Beragam persoalan seringkali mampir membuat resah, putus asa hingga tak jarang menyalahkan semua hal. Kesenangan juga ada tapi biasanya hanya sesaat, setelah itu menghilang perasaan berganti kembali menjadi datar. Banyak gejolak pikiran dan perasaan negatif yang semakin hari semakin bertambah, menyebabkan rasa frustasi. 

Hidup yang saya jalani dengan penuh ketidaksadaran berlangsung teramat lama. Hari-hari berjalan begitu saja.  Semuanya dijalani sebagai kesepakatan yang dibuat oleh sekelompok orang atas siklus hidup yang harus dilalui. Pagi, siang, malam hanyalah tentang kondisi waktu. Tak ada yang spesial. Tiba-tiba waktu telah berlalu. 

Baru dua tahun belakangan ini saya menyadari tentang bagaimana seharusnya konsep manusia hidup di bumi. Paparan pengetahuan baru membukakan mata tentang kesalahan fatal mengenai cara hidup yang selama ini digenggam erat.

Sedari kecil saya diajarkan menjadi individu yang mengikuti norma sosial masyarakat,  lalu lebih luas lagi menjadi bagian dari sistem dunia. Sekolah, bekerja, berkeluarga, menikmati masa tua setelah pensiun kemudian mati dengan meninggalkan banyak hal yang telah dikumpulkan semasa hidup.  Alur hidup tersebut diamini oleh hampir semua manusia di bumi sebagai suatu standar kehidupan. Seolah tak ada lagi jalan lain, semuanya menjadi serupa.  

Setelah mengambil masa jeda, berhenti dari pekerjaan yang sudah digeluti selama 13 tahun, dan berhenti dari semua aktifitas komunitas rutin yang dilakukan selama ini, tiba-tiba pengetahuan baru muncul, bahwa ada pilihan hidup yang lebih masuk akal dan bermakna.  Pengetahuan baru ini tidak datang dengan sendirinya. Ada banyak pelepasan yang harus dilakukan, salah satu yang terbesar yaitu melepas identitas yang selama ini dibentuk dengan susah payah. 

Pengetahuan baru ini benar-benar berbanding terbalik dengan pengetahuan lama yang kugengam erat berpuluh-puluh tahun. Jika sebelumnya pengetahuan lama mengajarkan agar dapat hidup layak harus kerja keras, kompetitif, bergegas, seragam, patuh. Adapun sebaliknya hidup juga harus kritis, memaksa, melawan, memihak, marah, mempertahankan harga diri, dsb. Maka, pengetahuan baru ini mengajarkan berjalan lebih pelan, menikmati setiap moment dan segala hal yang tersaji di depan mata, menerima semua kondisi, bersyukur dan berserah, terkoneksi kembali dengan alam hingga tahu tentang diri sejati, misi jiwa dan tujuan hidup. 

Dengan pengetahuan baru ini padahal baru dua tahun belajar rasanya hidup menjadi lebih mudah dan ringan. Saya teringat bagaimana dulu menghabiskan sepanjang hari dengan gelisah karena penilaian orang lain yang sebenarnya tidak penting. Kemarahan yang tak kunjung surut terhadap banyaknya ketidakadilan yang sebenarnya itu juga merupakan penilaian sepihak. Lalu merasakan kesedihan mendalam akibat banyaknya kegagalan yang dialami. Juga berdoa sepanjang waktu meminta, memohon agar mendapat yang diinginkan. Belum lagi rasa takut, khawatir, cemas yang selalu menghantui jika mengingat masa depan yang belum pasti. Penyesalan, kehilangan sudah tak terhitung lagi banyaknya jika mengingat masa lalu. Pencapaian setinggi apapun tak pernah melegakan dahaga. Hidup terasa tak pernah cukup.

Ketika pengetahuan baru mulai diijinkan untuk masuk,saat itu juga harus siap untuk menerima realitás yang sebenarnya, sesuatu yang jauh dari bayangan selama ini. Pengetahuan baru akan membuka layer demi layer begitu cepat dan banyak, membukakan mata pada banyak hal. Dalam sekejap semua menjadi saling terhubung, terkoneksi, setiap pertanyaan seakan ada jawabannya. Kejadian demi kejadian menjadi bukan lagi kebetulan tapi serupa puzzle yang menunggu dikumpulkan. 

Berbagai perasaan negatif berangsur memudar, yang tersisa hanya cinta kasih karena melihat semuanya sebagai satu kesatuan. Tak mampu lagi memihak, tak mampu lagi membuat klaim atas suatu hal, semuanya setara, netral, tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang. 

Hari-hari berjalan menjadi begitu lambat. Setiap peristiwa dan hal-hal di sekitar menjadi menarik untuk diamati.  Benda angkasa, bunga, burung, semut, dan semuanya menjadi objek cantik yang kehadirannya dinantikan. Kegiatan mengamati menyebabkan kepekaan meningkat, sehingga mampu membaca pertanda. Menyaksikan pikiran dan peraşaan hingga menyadari bahwa semua hal telah dibuat sedemikian rupa agar selaras dan seimbang dan saya diturunkan ke bumi untuk mengalami dan menyaksikan semuanya. Tak hanya ringan tapi hidup menjadi sedemikian sederhana dan sangat bermakna. Nikmati, alami dan saksikan saja. 


No comments:

Post a Comment