Tak lama lagi, angka-angka akan berganti. Semakin bertambah
dan (seharusnya) menjadi. Tahun ini saya didera kehilangan kata-kata. Tak lagi
sering menceracau ataupun menulis. Saya dilanda keheningan. Hening yang
mengganggu. Mungkin saya terlampau bahagia hingga tak bisa menulis, konon
katanya menulis akibat kesedihan. Saya tak menampik, saya terlalu bahagia.
Saya mengingat, di purnama yang ke-empat ada perempuan yang
datang kembali. Dia seperti diciptakan untuk datang sesekali, entah untuk
mengganggu ataupun sedikit menghibur. Cinta yang dibawanya tak cukup
memendarkan peristiwa. Semua terjadi sekelebat, cepat dan hancur. Ada ragam
cerita yang dijalin kembali, saling berkelindan satu sama lain, hingga saya dan
dirinya dibuai dalam jejak-jejak yang lalu. Itu tak cukup ternyata. Yang kemarin
tak akan sama. Perempuan itu pun lamat-lamat (dipaksa) menghilang. Hidup
kembali sama. Keberadaannya tak lebih dari sekedar ingatan. Janji-janji yang
terlanjur diucapkan, luruh seketika. Tak ada yang perlu disesali, semua terjadi
begitu saja.
Selain dia. Ada juga laki-laki yang datang kembali. Kali ini
dia datang untuk menetap. saya sebenarnya tak ingin menerimanya kembali,
terlampau tak termaafkan. Tetapi sorot mata dan gestur tubuhnya tak kuasa
membuat saya menolak kehadirannya. Dia saya terima sepenuh hati, meskipun bara
belum juga hilang.
Lelaki itu kini menemani hari-hari. Pesan singkat darinya tak
sebenar-benarnya saya tunggu. Dia datang semaunya. Tak penah peduli dengan
rinduku dan kecemasanku. Dia hanya peduli dirinya ada. Laki-laki ini hadir di
masa lalu, dan kini mengusik masa depan saya. Saya ikuti saja. Toh, saya tak
bisa melakukan apa-apa, kecuali menerima.
2017. Tak banyak yang saya lakukan di tahun ini, saya sedikit
membaca, sedikit belajar dan sedikit menulis. Saya seperti kehilangan kemampuan
mengolah kata dan kalimat. Mungkin karena saya sudah beranjak tua. Kebutuhan tak
lagi sama. Atau mungkin karena saya memandang semuanya tak lagi sama. Hanya perempuan
dan laki-laki itu yang tahu. Dia paham bagaiamana saya bergerak. Dalam beberapa
kesempatan perempuan dan laki-laki itu adalah titik tolak perubahan diri saya.
Terdengar naif, bahwa hidup adalah perubahan. Tapi bukankah
memang seharusnya begitu. Angka-angka di kalender dihadirkan tidak untuk kita dipandangi
tetapi untuk menyaksikan kita beranjak. Perempuan dan laki-laki itu tahu benar
bagaimana beranjak. Mereka telah beranjak lebih dulu dan memaksa saya
menyaksikannya, tak peduli saya pedih.
Mereka pun kini harus merelakan saya, ketika saya menjaga
jarak dan tak lagi seloyal dulu pada mereka. Mereka kini tahu, seseorang yang
pernah dicengkramnya dengan kuat tak lagi kepayahan bernafas. Mereka kini tahu,
langkah mereka memberikan banyak langkah baru pada lainnya. Saya terutama.
Lusa, matahari masih sama. Suara burung Love bird di rumah
tetangga masih akan bersuara sama, tetapi angka-angka akan berganti dan
menunggui saya untuk terus bergerak, memendar, sejatinya angka-angka lah yang
paling sedih jika saya tak benar-benar beranjak.
Selamat tahun baru, Semoga menemukan kebaruan dan kebahagian.
-RA-
No comments:
Post a Comment