Friday, July 7, 2017

Hujan

Sepertinya hujan sedang sering mampir di kotamu. Membasahi taman kota, membuat bunga-bunga menari dan tentu saja membasahi atap rumah lalu mengalir deras melalui kaca jendela kamarmu.
Seharusnya kamu tak perlu menunggu hujan dengan serius. Hujan akan datang dengan sendirinya menyapamu jika diperutnya sudah penuh dengan air yang siap dimuntahkannya. Memangnya jika hujan benar-benar datang dan mengajakmu bercumbu di dalam selimut, kamu mau apa?
Alih-alih sumringah, yang ada kamu malah menggigil kedinginan. Sebenarnya mungkin ya, yang kamu butuhkan hanya hujan dengan raut manis yang turun perlahan-lahan di kala sore hari, ketika beramai-ramai burung prenjak pulang menuju sarangnya. Kamu juga tentunya akan kelabakan jika hujan turun 24 jam menyapamu di depan jendela dan mengajakmu bercinta.
Hujan siap datang kapan saja, tapi apa kamu siap? Ya... kan?

***

Hujan itu digdaya. Dia akan menampakan diri pada mereka yang memang berani memeluknya. Hujan tak suka hanya dipandangi, dia suka jika kita bermain-main dengannya. Kuyup, ya tentu. Tapi itu yang ia ingini, basah bersama, bukan hanya dinikmati tetesan air yang jatuh dari tubuhnya, ataupun dilumat aromanya demi kamu dapat mencicipi wangi petrichor.


*** 

Hujan itu tidak pernah main-main. Jangan mempermainkan hujan. Dia sukanya mengajakmu bermain, agar kamu bahagia. Melihai deretan gigi yang memakai behel tersusun rapi tersenyum di sela-sela bulir air hujan. Kalau kamu takut sakit, jangan bermain hujan. Hujan hanya butuh kebiasaan untuk diakrabi, sering bermain hujan tak akan membuatmu sakit kepala. Memang sih, air hujan tidak sepenuh-sepenuhnya bagus, tetapi setidaknya hujan bisa membuatmu tertawa, atau bahkan menggiring ingatanmu ke masa silam. Hujan kerap kali menciptakan dunia, meski khayal, yang penting membahagiakan.

***

Jika saja hujan itu aku, dan kerinduanmu akan hujan sama halnya dengan kerinduanmu akanku, maka aku tak akan mengajakmu kuyup bersamaan. Akan kuhentikan hujan dan aku akan menyusup melalui celah-celah jendelamu, lantas menyamar menjadi sepreimu dan memelukmu ketika kamu sudah tertidur pulas. Jika terlihat kamu sedikit gelisah, kulonggarkan pelukan dan mengecupmu. Lantas jika matahari bangun. Aku akan kembali pulang. Meninggalkanmu yang setengah bermimpi dan setengah nyata merasa semalaman tidur dalam pelukan.

Selamat tidur, semoga mimpi dipeluk hujan, hingga kamu basah...


No comments:

Post a Comment