Setiap ruh memerlukan jasad untuk melekat. Jasad yang
terdiri dari beberapa organ akan bekerja sama untuk kemudian menggerakkan
pikiran dan hati yang berwujud tindakan.
Kadang kala kita tidak pernah mengerti tentang apa yang kita
miliki, sampai sesuatu itu menghilang dan tak berfungsi. Ungkapan ini benar
adanya. Konsep lahir dan bathin datang satu paket. Banyak dari kita hanya
memperhatikan hal-hal yang bersifat lahiriah saja, seolah bathin menempati
porsi kedua padahal mustinya setara.
Tentang kematian, itu seperti hal yang tabu untuk di bahas.
“Ssshhh, jangan ngomong tentang kematian” banyak diantara kita langsung
berbicara sshhhh lalu di sambut dengan ucapan pamali seraya menempelkan jari di
bibir ataupun kode dengan gelengan kepala.
Kematian seperti benar-benar tak terjangkau, alam kematian
apalagi. Kematian seperti kata-kata yang jika diucapkan maka orang tersebut
akan tersedot dan tak kembali. Jika saja setiap kematian disambut dengan
meriah, dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Mungkin saja para penjual tissu akan
kekurangan omzet penjualan karena para pelayat tak menangis.
Rumah sakit, menjadi salah satu tempat perpisahan.
Seringkali dinding di rumah sakit menyimpan rahasia tentang tangisan akan
berpisahnya jasad dan ruh. Saya menulis ini sembari membayangkan bagaimana jika
saya meninggal kelak? Akankah perpisahan saya di saksikan dinding rumah sakit
atau barangkali tempat lainnya.
Para perawat, semestinya jauh-jauh hari mempersiapkan sanak
saudara tentang kematian si sakit. Atau barangkali dokter sesekali mengingatkan
yang sakit “hei... bu bagaimana persiapan menjelang kematian”. Tapi sekali lagi
itu adalah mustahil di sini, ya di sini.
Saya kembali teringat pada ibu, ya ibu sedang sakit. Sudah
empat belas hari ibu dirawat di rumah sakit. Kondisinya kadang sadar kadang
tidak. Saya mencoba menguatkan anak ibu yang lainnya, agar mempersiapkan
kematian ibu. Tapi saran itu terdengar masygul, itu mustahil. Seperti yang sudah-sudah
kematian tentu akan diiringi dengan tangisan kedukaan. Ketika ibu sehat, “saya
gak siap kalau ibu meninggal” ketika pertahanan tubuh ibu melemah “saya pasrah
kalau ibu mau di ambil Tuhan”.
Dua pernyataan yang bertolak belakang, ego kita
selalu berhasil mempermainkan rasa kita dan mematikan nalar.
“Bagaimana cara menikmati perpisahan?” Kata anak ibu yang
lainnya
Saya sendiri sedang mencari cara, saya mencoba terus-terusan
menanamkan mind set bahwa kematian hanya perpindahan bukan perpisahan. Seperti jalan-jalan,
saya akan berwisata ke suatu tempat yang belum saya kunjungi. Saya akan menjumpai
teman-teman baru saya yang semuanya muda dan berwajah berseri-seri. Cerita
tentang kematian yang saya baca ketika saya kecil tahun 1990an sudah tak saya
hiraukan. Segala cerita seram, kengerian dan lain-lain saya abaikan. Saya
sangat percaya bahwa nirwana diciptakan sedemikian nyaman oleh sang pencipta.
Saya juga percaya bahwa perjalanan di tempat baru tidak semengerikan di
cerita-cerita majalah hidayah.
Saya mungkin terdengar aneh, dan yang membaca tulisan saya
kali ini akan menganggap tulisan saya tak lucu tak enak di baca. Sekali lagi,
perpisahan adalah sensitif untuk dibicarakan.
Saya mencoba menyisihkan waktu saya sebelum tidur barangkali
itu hanya 5 menit saja untuk berpikir bahwa saya akan berpindah tempat segera.
Lalu saya tersenyum membayangkan itu, saya jadi teringat banyak hal di hidup
saya, orang-orang yang pernah singgah, juga beragam peristiwa yang menggelikan. Mengingat tentang perpindahan
tempat mampu membawa saya pada kenangan yang hampir saja saya lupa karena
rutinitas kerja.
Ada kalanya saya berpikir ketika saya sudah waktunya
berpindah tempat, seluruh karib saya akan mengantarkan saya pada gerbang
perpindahan itu. Mereka akan mengiringi saya dengan senyuman sembari membacakan
tulisan tentang apa yang mereka ingat tentang saya. Saya juga ingin sekali
dihantarkan oleh senyum-senyum tulus setiap orang yang pernah saya kenal, saya
sayangi dan pernah mendampingi saya beberapa waktu. Saya pun ingin pohon-pohon
kamboja memberikan bunga terbaik mereka.
Ah... pada suatu masa kamboja-kamboja itu akan berseri-seri
menyambut saya di pelataran
Entah kapan waktunya?saya sendiri masih belum tahu.
No comments:
Post a Comment