Saturday, February 14, 2015

Ada Yang Tiada

Setiap ruh memerlukan jasad untuk melekat. Jasad yang terdiri dari beberapa organ akan bekerja sama untuk kemudian menggerakkan pikiran dan hati yang berwujud tindakan.

Kadang kala kita tidak pernah mengerti tentang apa yang kita miliki, sampai sesuatu itu menghilang dan tak berfungsi. Ungkapan ini benar adanya. Konsep lahir dan bathin datang satu paket. Banyak dari kita hanya memperhatikan hal-hal yang bersifat lahiriah saja, seolah bathin menempati porsi kedua padahal mustinya setara.

Tentang kematian, itu seperti hal yang tabu untuk di bahas. “Ssshhh, jangan ngomong tentang kematian” banyak diantara kita langsung berbicara sshhhh lalu di sambut dengan ucapan pamali seraya menempelkan jari di bibir ataupun kode dengan gelengan kepala.

Kematian seperti benar-benar tak terjangkau, alam kematian apalagi. Kematian seperti kata-kata yang jika diucapkan maka orang tersebut akan tersedot dan tak kembali. Jika saja setiap kematian disambut dengan meriah, dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Mungkin saja para penjual tissu akan kekurangan omzet penjualan karena para pelayat tak menangis.

Rumah sakit, menjadi salah satu tempat perpisahan. Seringkali dinding di rumah sakit menyimpan rahasia tentang tangisan akan berpisahnya jasad dan ruh. Saya menulis ini sembari membayangkan bagaimana jika saya meninggal kelak? Akankah perpisahan saya di saksikan dinding rumah sakit atau barangkali tempat lainnya.

Para perawat, semestinya jauh-jauh hari mempersiapkan sanak saudara tentang kematian si sakit. Atau barangkali dokter sesekali mengingatkan yang sakit “hei... bu bagaimana persiapan menjelang kematian”. Tapi sekali lagi itu adalah mustahil di sini, ya di sini.

Saya kembali teringat pada ibu, ya ibu sedang sakit. Sudah empat belas hari ibu dirawat di rumah sakit. Kondisinya kadang sadar kadang tidak. Saya mencoba menguatkan anak ibu yang lainnya, agar mempersiapkan kematian ibu. Tapi saran itu terdengar masygul, itu mustahil. Seperti yang sudah-sudah kematian tentu akan diiringi dengan tangisan kedukaan. Ketika ibu sehat, “saya gak siap kalau ibu meninggal” ketika pertahanan tubuh ibu melemah “saya pasrah kalau ibu mau di ambil Tuhan”. 
Dua pernyataan yang bertolak belakang, ego kita selalu berhasil mempermainkan rasa kita dan mematikan nalar.

“Bagaimana cara menikmati perpisahan?” Kata anak ibu yang lainnya

Saya sendiri sedang mencari cara, saya mencoba terus-terusan menanamkan mind set bahwa kematian hanya perpindahan bukan perpisahan. Seperti jalan-jalan, saya akan berwisata ke suatu tempat yang belum saya kunjungi. Saya akan menjumpai teman-teman baru saya yang semuanya muda dan berwajah berseri-seri. Cerita tentang kematian yang saya baca ketika saya kecil tahun 1990an sudah tak saya hiraukan. Segala cerita seram, kengerian dan lain-lain saya abaikan. Saya sangat percaya bahwa nirwana diciptakan sedemikian nyaman oleh sang pencipta. Saya juga percaya bahwa perjalanan di tempat baru tidak semengerikan di cerita-cerita majalah hidayah.

Saya mungkin terdengar aneh, dan yang membaca tulisan saya kali ini akan menganggap tulisan saya tak lucu tak enak di baca. Sekali lagi, perpisahan adalah sensitif untuk dibicarakan.
Saya mencoba menyisihkan waktu saya sebelum tidur barangkali itu hanya 5 menit saja untuk berpikir bahwa saya akan berpindah tempat segera. Lalu saya tersenyum membayangkan itu, saya jadi teringat banyak hal di hidup saya, orang-orang yang pernah singgah, juga beragam peristiwa yang  menggelikan. Mengingat tentang perpindahan tempat mampu membawa saya pada kenangan yang hampir saja saya lupa karena rutinitas kerja.

Ada kalanya saya berpikir ketika saya sudah waktunya berpindah tempat, seluruh karib saya akan mengantarkan saya pada gerbang perpindahan itu. Mereka akan mengiringi saya dengan senyuman sembari membacakan tulisan tentang apa yang mereka ingat tentang saya. Saya juga ingin sekali dihantarkan oleh senyum-senyum tulus setiap orang yang pernah saya kenal, saya sayangi dan pernah mendampingi saya beberapa waktu. Saya pun ingin pohon-pohon kamboja memberikan bunga terbaik mereka.

Ah... pada suatu masa kamboja-kamboja itu akan berseri-seri menyambut saya di pelataran
Entah kapan waktunya?saya sendiri masih belum tahu.


No comments:

Post a Comment