Thursday, January 2, 2014

Mandela Penyulut Semangat di Awal Tahun




Awal tahun selalu menyuguhkan harapan. Beragam cara orang-orang menyambut harapan itu, ada yang menikmatinya dengan pesta, arak-arakan, ingar bingar, dan banyak yang memilih dengan mendekati kesunyian, berharap kekudusan akan mendekatkan kita pada sang Pencipta.

Akhir tahun ini aku berkesempatan menonton film Soekarno, tokoh bangsa yang besar. Entah berapa lama lagi aku harus menunggu sosok Soekarno berikutnya, pemahaman dan pemikiran beliau yang besar mengantarnya menjadi tokoh yang diingat zaman.

Akhir tahun juga menyuguhkan banyak acara untuk dipilih. Aku memilih menghabiskannya di Museum Konperensi Asia Afrika, menghadiri gelaran Tribute to Mandela “Langkah menuju kebebasan”. 5 Desember lalu kita kehilangan Bapak Bangsa, Mandela. Dunia mengenal namanya, gaung kematiannya menelusup dalam rongga dada tak hanya bangsa Afrika, tapi beragam bangsa yang berbeda.

Festival Indonesia Mengajar (tentang pengabdian yang seharusnya)



Kali ini saya mengawali pagi dihantarkan semangat, kaki saya menapak dengan ringan menelusuri pagi yang belum tiba, masih terbalut pekat saya bergegas menuju peron stasiun. Argo Parahyangan menguap, kantuknya belum reda tetapi tugas telah memaksa matanya membuka. Tiba giliran berangkat pada jam keberangkatan pertama. 

Perjalanan tiga jam saya lewati dengan praduga. Menebak-nebak apa yang akan saya lakukan di sana. Ya.. saya menuju Ancol mengikuti acara Festival Indonesia Mengajar.

Indonesia Mengajar adalah gerakan yang di gagas Anies Baswedan untuk mengirimkan para pengajar muda ke daerah-daerah terpencil di nusantara.

Sebagaimana halnya perhentian, Gambir selalu menyuguhkan harapan. Langkah-langkah kaki tergesa menjejak menjemput pagi dengan optimis. Pk. 08.00 kereta berhenti tepat waktu. Saya bergegas menuju parkiran, menunggu Wira temanku untuk segera melanjutkan perjalanan ke Ancol.