Thursday, April 25, 2013

Cinta


Aku memilih satu cinta, diantara banyaknya pilihan, cinta yang kutemukan tanpa sengaja diantara langkah-langkah saling mendahului para pejalan kaki sore itu, klakson mobil yang bersahut-sahutan sangat payah, membuat negeri yang kutinggali ini menjadi negeri yang beradab. 

Cinta yang masih mentah, aku sama sekali belum berpikir akan membentuknya seperti apa. Mungkin agar menjadi manis, akan kutambahi banyak madu dan gula, tapi aku tak mau membuatnya legit, seret di kerongkongan, aku berpikir ratusan kali untuk membuat citarasanya pas. 

Mungkin sebagian orang akan menganggapku bodoh atau bahkan gila, karena cinta yang kupilih terlalu biasa, mustinya aku mendapatkan yang istimewa kata mereka. Aku tersenyum kecut, aku telah memilih cinta itu, pilihan yang akan selalu kupertanggungjawaban hingga waktu lelah dengan sendirinya. 

Sunday, April 21, 2013

Kartini


Ini tanggal 21 april, sebagian besar orang mengenalnya dengan hari kartini, pahlawan nasional ke-23, dan pahlawan perempuan ke-3 setelah Dewi Sartika dan Cut Mutia. Pada tanggal tersebut Kartini hadir di setiap sudut kota, di Taman Kanak-kanak, instansi-instansi pemerintah, sanggul dan kebaya menjadi ciri tentangnya. 

Buah pemikiran Kartini dewasa ini dipersempit sebatas penanda sanggul dan kebaya. Padahal yang dilakukan Kartini lebih dari sebuah pergerakan perang fisik, jika Cut Nyak Dien dan Keumala Hayati menjadi sosok yang muncul gemilang pada masanya karena melawan penjajah dengan perang, maka Kartini cukup berperang dengan pena-nya mendobrak sistem feodalisme pada masa itu. Kehampaan Kartini akan hidupnya jelas tergambar dari tulisan-tulisannya, jika saja Kartini diberi waktu hidup lebih lama mungkin saja pemikirannya tidak sebatas pemikiran tapi dia menikmati buah pikirannya itu, atau bisa saja sebaliknya, setelah pernikahannya dengan seorang bupati mungkin dia akan menjadi ibu rumah tangga biasa, sesuai sistem yang berlaku saat itu, dimana peran seorang istri sama halnya dengan budak.