Aku memilih satu cinta, diantara banyaknya pilihan, cinta
yang kutemukan tanpa sengaja diantara langkah-langkah saling mendahului para
pejalan kaki sore itu, klakson mobil yang bersahut-sahutan sangat payah,
membuat negeri yang kutinggali ini menjadi negeri yang beradab.
Cinta yang masih mentah, aku sama sekali belum berpikir akan
membentuknya seperti apa. Mungkin agar menjadi manis, akan kutambahi banyak
madu dan gula, tapi aku tak mau membuatnya legit, seret di kerongkongan, aku
berpikir ratusan kali untuk membuat citarasanya pas.
Mungkin sebagian orang akan menganggapku bodoh atau bahkan
gila, karena cinta yang kupilih terlalu biasa, mustinya aku mendapatkan yang
istimewa kata mereka. Aku tersenyum kecut, aku telah memilih cinta itu, pilihan
yang akan selalu kupertanggungjawaban hingga waktu lelah dengan sendirinya.