Saturday, April 10, 2010

Dunia Imaji

Dunia anak kecil selalu penuh imaji, aku ingat, dulu ketika berumur 5-6 tahun_an aku berpikir tentang rupa Tuhanku, karena waktu itu sedang booming film power ranger, aku berpikir bahwa rupa Tuhan mirip dengan tokoh didalam tabung yang berbentuk gumpalan awan, yang tugasnya memberitahu tentang gerak gerik musuh (aduh aku bener-bener lupa siapa namanya), atau kadang aku berpikir bahwa Tuhan itu sedang mengintip kita diatas awan, dilangit, bersembunyi dibalik-balik awan putih yang juga kadang-kadang mendung, menjelang remaja, aku hampir tak bisa berpikir tentang rupa Tuhan, apalagi sekarang usia dewasa sama sekali tak tergambar sedikitpun bagaimana rupaNYA, yang kutau hanya Tuhan itu dekat, sangat dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadiku sendiri, apakah otakku mengalami kemandegan, tidak berkembang, ataukah memang imajiku kalah oleh logika??rasanya menjadi anak kecil punya seluruh dunia, sedangkan orang dewasa hanya menjadi salah satu titik yang menempati dunia itu.



di suatu senja hari ketika pulang kerja tepat berhenti di perempatan gedebage (sedang lampu merah), aku melihat pelangi, itu adalah pertama kalinya aku bersyukur kepada lampu merah, rasanya 30 menit lampu gak berubah jadi hijaupun aku rela, dan itu pertama kalinya aku melihat pelangi dengan lengkung yang sempurna, gradasi warnanya sangat jelas dan tegas, me-ji-ku-hi-bi-ni-u, mirip dengan warna-warna pada resistor tapi minus warna hitam, coklat, abu dan putih, semua kaca-kaca mobil diturunkan, kaca-kaca helm pengendara motor pun dibuka, termasuk aku salah satunya, tukang topeng monyet (yang biasa mangkal diperempatan) dan monyetnya pun berhenti beraktivitas, untuk sesaat memandang pelangi dulu, rasanya lukisan alam yang kulihat ini keindahannya benar-benar tak bisa diungkap dengan kata, hanya berpikir “menakjubkan”. ketika kecil setiap ada pelangi pikiranku dipenuhi dengan 7 bidadari yang turun ke bumi, lalu ketika kembali ke langit selendang mereka tertinggal di bumi, makanya ada 7 warna selendang yang berbeda milik bidadari-bidadari langit, tetapi sekarang ketika menginjak dewasa, yang aku tau tentang pelangi adalah peristiwa pembiasan cahaya, pelangi terjadi jika ada hujan, bulir-bulir air hujan menjadi medium pembiasnya ketika cahaya matahari yang bersifat polikromatik mengenai bulir-bulir air itu, maka bulir-bulir air (berfungsi sebagai prisma) akan mendispersikan cahaya matahari menjadi cahaya monokromatik (beughhh…so tau mode on).


(gambar asli yang saya lihat jauh lebih indah, sayang tak sempat dijepret lampu merah memang tak bersahabat dengan pelangi, merasa tersaingi warnanya mungkin)

nah ketauan kan, jadi dapat disimpulkan meskipun menjadi anak kecil bukan berarti otaknya juga kecil, justru dengan otak kecil bisa menghasilkan imaji yang luar biasa, mana ada bidadari kehilangan selendangnya di dunia orang dewasa, itu hanya ada di imaji anak kecil:D


NB : thx to pras atas diskusinya malam ini :))

2 comments:

  1. kilua: jadi inget waktu kecil abis megang stupa borobudur...lalu make a wish pengen jadi ranger kuning...hahaha...

    ReplyDelete