Sunday, April 2, 2023

Cara Saya Memulihkan Trauma


Patah hati terbesar saya adalah ketika bapak meninggalkan saya, ibu dan kakak tahun 2005. Saat itu adalah momen saya memasuki bangku kuliah. Kepergiannya menandai luka batin terbesar pertama saya. Sayangnya, ia pergi tanpa penjelasan, tanpa maaf dan penyesalan. Ia tak pernah menanyai bagaimana kabar saya, bagaimana saya makan, bagaimana saya bisa membiayai kuliah, apakah saya bisa mengerjakan ujian, atau gimana cara saya bertahan hidup selama di kota rantauan, hingga tahun-tahun sesudahnya ia mungkin lupa (tak pernah) bertanya.

Rasa sakit itu ternyata melekat, tak mau hilang.  Orang pertama yang saya harapkan dapat melindungi saya ketika masa pendewasaan ternyata menjadi orang yang paling menyakiti saya. 

Untungnya dengan segala sakit tersebut saya tetap mampu menjalani hidup dengan baik, menyelesaikan kuliah tepat waktu, tentunya dengan pertolongan banyak orang.