![]() |
Foto : Dokumentasi Pribadi, Makkah 25 Maret 2015 Judul "Sarapan Pagi" |
Pagi di hari minggu diawali dengan gaduhnya suara cicit
burung yang sedang rakus menyantap sarapan paginya di teras belakang. Sudah
hampir 3 bulan ini saya mempunyai teman baru, burung-burung gereja liar yang
datang ketika lapar, menyantap remah nasi yang sengaja saya sediakan untuk
mereka.
Cicit mereka merupakan nyanyian alam yang syahdu, ode di
pagi hari. Minggu tak hanya kudus bagi mereka umat kristiani, tapi bagi saya
juga, karena saya berkesempatan mendengarkan cicit mereka di pagi hari. Tidak
hanya burung gereja, sesekali ada burung merpati yang mampir juga. Saya tak
pernah berani mengambil potret mereka, karena setiap gerakan kecil saja membuat
mereka kaget dan akhirnya terbang, dan saya tak mau mengambil resiko itu,
mendengar kepak sayap mereka. Saya menikmati cerewetnya mereka yang saling
mengobrol sambil sarapan pagi, mereka juga datang ketika jam makan siang dan
sore.
Saya beruntung tinggal di rumah dengan sedikit ruang terbuka
di bagian belakang, saya masih bisa melihat langit biru atau pekatnya malam.
Beberapa teman saya juga senang dengan teras belakang, sambil merokok mereka
menatap bintang, sambil meminum kopi mereka menatap bulan.
Dari kecil saya selalu memimpikan menjadi burung, memiliki
sayap dan mengangkasa. Memiliki kebebasan yang bahkan ruang pun tak mampu
menjangkaunya. Dan saya akhirnya melihat burung gereja dari dekat, setiap hari,
cicit mereka menceritakan banyak hal, tentang angkasa, tentang kebebasan.
Tadi malam yang berarti sabtu malam, cicit mereka terdengar
gaduh di belakang, saya telah menyediakan seporsi remah nasi untuk hidangan
makan malam mereka. Saya menunggui mereka, menyiapkan teh manis tubruk sambil mendengarkan kuliah umum
mengenai sang Liyan dan tentang seksualitas versi Lacan dari youtube. Saya
hanya ditemani cicit mereka, tapi dunia saya terasa penuh.
Saya berseri-seri, mengingat perjalanan hidup saya yang
panjang dan saya bisa berada pada waktu sekarang , hidup dengan cicit burung
setiap hari, orgasme setiap waktu dengan buku-buku di rak makin penuh, dan
merayakan kelahiran setiap hari sebelum matahari hadir dengan segelas air jeruk
nipis hangat.