Sebuah Resensi dari Buku Karya Annemarie Schimmel “Jiwaku
adalah Wanita” Aspek Feminin dalam Spritualitas Islam, Diterbitkan oleh Mizan
tahun 1998 dalam bab Kaum Wanita dan Nabi
Buku ini diterjemahkan dari
bahasa Inggris dengan judul “Meine Seele
ist eine Frau : Das Weibliche im Islam”, terbitan Kosel tahun 1995
“Allah telah
membuatku menyayangi dari duniamu kaum wanita dan wewangian” hadist nabi ini
sering dikutip, jadi bagaimana mungkin islam bisa dikenal sebagai agama yang
berpandangan negatif terhadap kaum wanita?
Khadijah,
janda yang telah mempunyai anak itu menjadi istri pertama Muhammad dan kemudian
melahirkan anak-anaknya. Peran Khadijah bagi kehidupan Muhammad membuat dia
pantas mendapat sebutan Ibu kaum beriman dan wanita terbaik Khair an-nisa.
Setelah
Khadijah, Aisyah putri abu bakar menjadi istri Muhammad. Wanita-wanita lainnya
yang menjadi istri Muhammad adalah janda-janda yang ditinggal mati suaminya
atau dicerai atau juga bekas budak. Fakta ini mendukung perkawinan kembali
janda-janda di kalangan kaum modernis di India pada abad ke-19 dan ke-20.
Aisyah
mempunyai peran penting. Dia menjadi pendokumentasi untuk berbagai masalah yang
timbul dari tradisi, dan membahasnya dengan para sahabat nabi. Aisyah juga
terjun ke medan perang pada tahun 656 untuk melawan Ali bin Abi Thalib dan para
pendukungnya, Aisyah pun menjadi kebanggaan orang Sunni. Panggilan Muhammad
kepada Aisyah Kallimi ya Humaira
“Bicaralah padaku, gadis kecilku yang kemerah-merahan”.
Aisyah tidak
disukai dalam tradisi Syi’ah sebab dia menentang Ali, Ali yang oleh kaum Syi’ah
dihormati sebagai imam yang pertama. Yang membuat hubungan semakin memburuk
antara Aisyah dan Ali adalah ketika Ali mengungkapkan komentar negatif tentang
wanita itu ketika dia kehilangan kalungnya dalam suatu perjalanan dan diantar
kembali ke tengah khalifah oleh seorang pemuda. Namun keraguan mengenai
kehormatannya itu segera dihilangkan oleh turunnya wahyu QS 24:11. Dalam
literatur kaum Nusairi ultra-Syi’ah, Aisyah bahkan dibandingkan dengan sapi
kekuning-kuningan, kurban yang diserahkan kepada Musa dalam QS 2:67-72.
Tiga dari
empat anak perempuan nabi meninggal semasa hidupnya. Zainab, Ruqayyah dan Ummu
Kultsum. Ruqayyah dan Ummu Kultsum kawin dengan putra-putra Abu Lahab, tapi
mereka meninggalkan suami mereka ketika Abu Lahab menjadi musuh nabi QS:111.
Utsman bin Affan, khalifah ketiga mengambil keduanya menjadi istrinya. Karena
perkawinan dengan dua saudari sekaligus itu dilarang, maka dia mengawini yang
satu setelah kematian yang lain. Utsman pun menyandang nama “pemilik dua
cahaya” Osman Nuri yang masih populer, terutama di Turki.
Yang paling
muda, Fatimah kawin dengan sepupu Muhammad Ali bin Abi Thalib. Melahirkan dua
orang putera Hasan dan Husein. Hasan yang lebih tua meninggal tahun 669,
barangkali diracun. Adiknya Husein syahid pada tahun 680 dalam perang Karbala
melawan pasukan khalifah dari bangsa Umayyah, Yazid. Bangsa Umayyah merebut kekhalifahan
pada tahun 661 setelah membunuh Ali dan Husein berusaha merebutnya kembali.
Tragedi Karbala di Irak terjadi pada hari kesepuluh di bulan Muharram.
Syair-syair Islam memuliakan cucu nabi sebagai pahlawan yang agung, sebagai
syahid yang paling utama dan Fatimah pun mendapat gelar mater dolorasa. Fatimah mendapat kehormatan yang lebih tinggi
dibanding yang lainnya bagi kaum Syi’ah, setelah Muhammad dan Ali.
Julukan-julukannya adalah Zahra, yang
cemerlang; Batul, Perawan; Kaniz, Gadis; Ma’shumah, Terlindung dari Dosa. Fatimah bukan hanya perantara bagi
semua orang yang meratapi puteranya, Husain, tapi dalam lingkup spekulasi
mistik, dia juga dianggap sebagai ummu
adiha, “ibu dari ayahnya”.
Fatimah disebut juga sebagai Ratu
umat manusia. Sebuah genre sastra yang dikenal sebagai “Mahar Fathimah” (jihaznama-i Fathimah) menyebutkan satu
demi satu barang-barang sederhana yang dapat diberikan oleh ayahnya sebagai
maskawin, kedermawanannya kepada kaum miskin menyebabkan Fatimah menjadi
teladan bagi gadis-gadis muslim. Bahkan ada mazhab yang menyerahkan seluruh
kekayaan keluarga kepada anak-anak perempuan mereka sebagai warisan dan semua
itu sebagai pernghormatan untuk Fatimah. Muhammad Iqbal yang seorang penganut
Sunni pun menghormati Fatimah dalam karyanya yang berupa epik Persia pada tahun
1917 berjudul Rumuz-i be-khudi
menunjukkan bahwa tak ada keraguan pada sikap Fatimah.
Sana’i 1131 dari Afganistan yang bernyanyi :
Dunia
ini penuh dengan kaum wanita,
Namun
di manakah ada seorang wanita seperti Fatimah,
Wanita
yang paling baik?
Hadis nabi yang ditulis di awal
tulisan ini dan juga banyaknya perkawinan yang dijalaninya menimbulkan
ketidaksetujuan di kalangan ahli teologi Kristen. Bagaimana mungkin seorang
pria yang menyatakan dirinya nabi membiarkan dirinya tenggelam dalam hawa
nafsu?Gagasan ini bertolak belakang dengan ajaran Kristen mengenai kesucian,
hidup selibat yang berakar kuat di gereja. Namun kaum Muslim menganggap ini
sebagai suatu ungkapan kegembiraan yang dapat ditemukan manusia di dunia indra,
yang merupakan bagian dari ciptaan Tuhan. Nabi menyayangi wanita karena Tuhan
membuat mereka patut disayang.
Tulisan saya juga bisa di baca di :
https://www.jurnalperempuan.org/blog-feminis-muda
No comments:
Post a Comment