Lucu, negeri kita benar-benar lucu. Itu katamu siang tadi. Kamu
lihat penjual minuman itu? Dia menjajakan minumannya seolah semua orang
kehausan, apa dia tidak lihat bahwa aku telah meminum habis seluruh air matamu
siang dan malam. Aku kenyang.
Lalu apa yang kamu tertawakan?
Aku menertawakan negerimu itu... negeri yang katanya kaya
oleh sinar matahari dan berlimpah cahaya rembulan itu, negeri yang katanya di
huni oleh ratusan bidadari berparas cantik yang siap melengkungkan
senyum-senyum indah dari bibir bergincu berupa warna.
Negeri yang juga penuh oleh doa-doa yang dipanjatkan siang
dan malam dari para penghuninya yang beriman.
Lantas apa yang lucu?
Dagelan semua ini.
Negerimu mencoba bermain drama, tapi lihat drama yang
ditampilkan sangat murahan. Semua ingin menjadi aktor utama, apa mereka tidak
pernah belajar tentang pemeranan? Suruh para petinggi-petinggi di negerimu
untuk berkunjung ke STSI eh ISBI Bandung, juga ke ISI Solo, ISI Yogya, IKJ dan
sekolah seni lainnya, untuk lebih mendalami menjadi pemain drama.
Lalu apa hubungannya dengan penjual minuman tadi?
Apa kamu tidak melihat penjual minuman tadi berpura-pura
menjual minuman, sebenarnya yang dia jual adalah harga dirinya. Wah kenapa bisa
begitu?tanyaku semakin tak mengerti. Kamu lihat dia bilang bahwa yang dia jual
adalah es teh manis, padahal dia tahu betul bahwa teh tersebut tidak manis,
entah karena teh dengan kualitas buruk ataupun gula dengan kualitas buruk.
Apa penjual es teh manis itu tahu?bahwa dulu Priangan yang
didiaminya pernah menjadi tempat perkebunan teh terbaik, masa-masa yang
gemilang bagi Priangan. Sekarang coba lihat Prianganmu yang semakin putus asa,
Priangan yang sekarat karena lahannya menjadi hunian bagi manusia-manusia yang
sebagian manusia-manusia itu menjadi pemain drama di pentas panggung Negerimu.
Penjual minuman itu menjual harga dirinya dan menukarnya
dengan rupiah.
Para pejabat di negerimu itu ya begitu juga, mereka
menelanjangi dirinya sendiri, menjual harga dirinya dan menukarnya dengan
dollar.
Negeri yang katanya kaya ini tak ubahnya sebuah lukisan bagi
rakyat, yang hanya bisa dipandangi. Elit-elitnya terlalu rakus, sampai tak bisa
membedakan mana warna jingga lembayung sore hari atau jingga ketika fajar
datang. Bodoh!!
Lalu apa yang akan kamu lakukan, menertawakan terus-terusan
negerimu yang lucu itu atau memaki-maki penjual minuman itu?
Akan kuborong semua minuman di abang penjual itu, ku bayar
di awal air matamu dengan air teh murahan ini, agar malam-malam selanjutnya
kamu tak lagi menangis, menangis karena negerimu atau menangis karena hal lain.
Lantas untuk negerimu?
Aku akan segera ke Gedung KPK, membentuk barikade pembelaan
terhadap kebenaran.
Kamu sendiri bagaimana, ikut denganku malam ini ke gedung KPK
atau hanya Ikut menertawakan dan hanya sekedar menjadi penonton?
@Na_Asyari
Turut berbela sungkawa untuk matinya kebenaran di Negeri ini.