Friday, November 22, 2013

Surat Untuk Bapak



Bandung, 11 November 2012

Untuk Bapak,
Di suatu tempat di bumi.

Bapak, apa kabar?semoga selalu sehat, mugia Gusti Allah terus ngaping bapak.

Bapak, bulan ini sudah masuk musim penghujan, dimana-mana air, di bandung curah hujannya tinggi sekali, bagaimana di kota bapak?bagaimana di kota kita dulu? Bapak percaya kalau air bisa menenggelamkan kenangan, menghilangkan sebagian ingatan, dibawanya kenangan-kenangan yang tersimpan dengan arus lantas kenangan-kenangan itu akan tersangkut di got-got yang penuh sampah, di sungai yang juga penuh sampah, jarang sekali arus air langsung menuju muaranya. Tapi, bapak tidak usah khawatir, tentangmu kenangan itu selalu berada ditempatnya, tidak sedikitpun hilang.

Bapak, bunga-bunga flamboyan bermekaran, maka burung-burungpun menjadi lebih riuh kicaunya, lalu bunga-bunga itu akan jatuh dan mengotori pekarangan rumah kita dulu, bertaburan di teras rumah, menempel pada daun bunga melati, daun mangga... ya mangga yang kita tanam dua belas tahun lalu, dan sekarang berbuah banyak.

Musim peralihan disebut juga musim pesta fora nya nyamuk bapak, kala itu bapak selalu menenteng baygon pompa semprot, melongok kamar ukuran 3x3 itu dan menyemprotnya, itu seperti tugas rutin buat bapak, tanpa itu sepertinya bapak tak dapat gaji, bapak mulai menyemprot jam tujuh malam, lewat dari jam tujuh maka giliran nyamuk-nyamuk itu yang akan menyemprot bapak. Sepertinya, bapak juga sekarang tak pernah lagi menyemprot, sepertinya bapak yang sekarang sudah canggih juga.

Hawa



Suara daun, gemerisik angin, gelapnya cahaya menjadi pengantar suara-suara yang kita ucapkan hingga menggaung di angkasa. Langit menjadi atap kita sekaligus telinga yang tak bosan mendengar percakapan kita.

Kamu hadir tiba-tiba bersama surat imajiner yang dengan sengaja dikirimkan penjaga langit untukku. Aku merabamu dengan hati-hati, memperlakukanmu seolah kamu adalah barang pecah belah, menyentuhmu penuh rasa. Kamu hanya diam menikmati sentuhanku yang kutahu itu adalah sentuhan pertama yang kamu rasakan.

Kulitmu halus menyerupai kulitku, seluruh tubuhmu ku sentuh untuk meyakinkan bahwa kita serupa. Kamu menikmatinya, hingga tanpa terasa kamu pun mengikuti apa yang kulakukan. Kita saling menyentuh mengenali bentuk tubuh dan menamainya sesuka hati.