Aku tenggelam dalam negeri tak bernama. Di pulau-pulau yang
hanya berpenghuni sedikit. Ada laut dengan pantainya yang indah. Senja yang
selalu hadir tepat waktu dengan warna jingganya yang pekat. Angin yang
bersahabat. Matahari yang tidak garang juga hujan yang datang sesekali.
Ada beberapa kepiting di pantai yang biasanya akan kukejar.
Rumah-rumah siput yang masih berpenghuni menjadi teman keseharianku.
Jauh dari dunia modernitas. Tidak ada polusi. Tidak ada
bangunan menjulang tinggi. Yang terlihat adalah atap-atap rumah dari kayu.
Rumah dari kayu. Jendela-jendela kaca yang besar. Pohon-pohon kelapa dan palem
di samping rumah. Rumah tanpa pagar.
Aku dan beberapa orang yang memilih tinggal di negeri tak
bernama ini melakukan rutinitas senin pagi. Beberapa dari kami menamakan dengan
ekstrim bahwa kami penganut sekte senin pagi. Kumpulan orang-orang yang
memasrahkan dirinya pada alam. Memaksimalkan isyarat dan pertanda, membaca
pola, menganalisis situasi, mendengar lebih banyak, berbicara lebih sedikit.