Lama kita tak bertemu, berganti musim, berpindah tempat...
Pertemuan kita selalu singkat, karena kamu selalu datang
ketika matahari tepat di atas kepalamu, tidak sekalipun kamu datang kala sinar
matahari sehasta bahuku, lalu kamu pulang, bila malam sudah terlalu pekat, aku
hapal ritme itu, tidakkah ingin kamu tinggal lebih lama? Menyaksikan fajar
berdua, mengulum malam dengan tubuh yang melekat?
Aku masih hapal senyummu, senyum ketika kuhardik karena
kudapati kamu merokok di depanku, batang-batang rokok yang selalu kusembunyikan
hingga akhirnya kamu menyerah mematikan ujung pilinan tembakau itu dengan
paksa, sudah kukatakan berulang kali, bagaimana bibir kita akan berpagut jika
kudapati bau nikotin menyengat dari mulutmu, atau ajari saja aku sekalian
menjadi perokok, biar kita sama-sama saling menghisap, saling membaui aroma
yang sama keluar dari mulut kita. Kamu dengan cepat menggeleng... aku menyerah,
aku mengalah, aku tidak merokok setidaknya didepanmu katamu.