Sunday, March 25, 2012

Menyisakan punggung


Aku menunggumu hampir bosan, 2 jam dengan sinar matahari yang terik, beruntung aku berada diruangan berpendingin, dandanan yang hampir luntur, kepala yang terlalu pegal karena beberapa kali melonggok kearah jalan berharap ada mobil biru menurunkanmu di depan pintu itu. 

Telah kuhabiskan 2 gelas teh manis, 1 gelas jeruk panas, roti kukus juga pisang keju, perutku kembung, sementara kamu tak kunjung datang. Pintu itu membuka sekelebat aku melihat ransel yang biasa kamu kenakan, tulang punggungku tegak seketika, rahangku melemas untuk kemudian kuberikan senyum padamu.

“Lama?maaf jalanan macet ucapmu”, alasan yang sudah terlalu biasa, dan aku hanya manggut saja mendengarnya, ya..tak apa. Kamu tak punya kewajiban untuk datang tepat, seluruh waktu adalah milikmu, bukankah begitu, tanyaku?senyummu melebar, menjawil hidungku seperti biasanya.