Friday, January 7, 2011

Surat dalam kotak korek api

Dear Hawa
Hawa.. aku minta maaf sangat atas cara ku mengenali aroma tubuhmu kemarin, berkali-kali, aku minta maaf. Terima kasih memberiku kesempatan untuk tidak berjarak dengan mu. Hawa, kalau boleh tolong dilupakan ya… boleh ya aku minta sangat “tolong dilupakan”, aku malu sama kamu. Aku ingin tetap berkomunikasi sama kamu, ketemu kamu, terus… terus dan terus.
Hawa, ada banyak hal ingin aku tanyakan, ada banyak hal ingin aku bagi, ada banyak hal yang ingin aku minta, ada banyak waktu, dan banyak kejadian yang aku ingin lakukan denganmu, dan itu langka.
Selama perjalanan di kereta, aku menyadari tentang aku, tentang kamu, aku seperti makhluk yang datang dari spesies mana, sangat berbeda dengan kamu, atau orang-orang yang pernah datang ke kamu. Ada banyak hal yang musti aku rubah untuk bisa membagi banyak hal dengan kamu, ada banyak hal juga yang musti aku setarakan dengan kamu, aku kalah start untuk semuanya. Hawa, siapa aku dan aktifitasku..?
Kamu sangat lembut dengan dunia kamu yang santun, belum lagi dengan perasaan mu yang masih terikat kuat dengan masa lalumu, kamu hanya seorang baik yang tidak pernah ingin menyakiti, luapan itu yang mungkin aku anggap sebagai sayangmu atas aku, aku berlebihan kupikir.
Ada saatnya aku merasa bersyukur dengan sudah dikenalkannya kamu atas aku oleh Tuhan, tapi sesekali aku tidak terima dengan tataran pertemanan setinggi ini, kamu bisa bersahabat dan aku tidak, kamu bisa bersaudara dan aku belum bisa.
I have to lead my own self to move in the next page… could i?
-Adam-


Dear Adam

Cinta kadang gak pernah bisa di tebak. Kadang kita masih perlu mencari apa definisi yang sebenarnya, mengapa harus ada rasa, mengapa harus kamu, mengapa harus dia, mungkin itu pertanyaan sebagian banyak orang tak perlulah mencari jawabnya, karena bukankah Sang Pembuat Hidup selalu bersikap sesuka hatinya?

Untuk kamu yang sedang diberikan rasa paling sakral ini, kamu pasti sedang mengalami rasa yang tumpang tindih, berjumpalitan dalam segenap emosi, saling membentur kesana kemari, kadang ketika lelahnya tiba tak kuasa cairan bening meluncur deras layaknya benar-benar ada pabrik yang memproduksi di dalamnya..

Ketahuilah tak seorang pun bisa mengingkarinya, jadi apapun jenis kebercandaan DIA dalam memberimu rasa yang ajaib ini, syukurlah karena tak semua orang diberikan kesempatan untuk merasai, aku tahu… aku dan kamu seorang yang lemah, yang terkadang kalah oleh nafsu, nafsu yang dalam penciptaannya pun selalu membangkang, tak seperti akal yang dalam proses penciptannya pun patuh padaNya.

Jika saja kamu mampu mengatasi gejolaknya, mungkin kamu sudah melakukannya tanpa perlu kamu merasakan sakit terlebih dahulu, tapi bukankah tanpa sakit terlebih dahulu, tak akan pernah ada pembelajaran?

Aku lemah, dan jauh dari sempurna, tuturku kadang selalu nampak berlebihan, sebenarnya ingin sekali aku mengeluarkan tataran kata yang agung, bukan sekedar sikap ketus, diksikupun tak pernah sempurna, berantakan, tapi bukankah dengan begitu aku tak perlu berpura-pura, karena sebenarnya bukankah segala jenis kebohongan berasal dari kata-kata yang di atur?

Cobalah untuk menatap langit sejenak, jika ada bintang paling terang, coba lihat dengan seksama, bintang itu seolah berujar “terima kasih sudah melihatku, terima kasih sudah memperhatikanku, terima kasih sudah menyediakan waktumu hanya untuk menantiku, dan sejuta terima kasih lainnya, dan ketahuilah kamu bahwa bintang itu adalah cerminan diriku, diriku yang bermetamorfosa atas penantian panjangmu, berjuta detik dan pikiran-pikiranmu yang telah tanpa sengaja ku curi, aku hanya mencari cara untuk mendapatkan kesempatan berbicara denganmu, setidaknya bintang akan lebih jujur dengan sinarnya, lain halnya mulut yang pandai berdusta.

Tuhan selalu menciptakan pasangan yang sepadan untuk makhluk yang Ia buat, setidaknya kali ini berikan Dia kesempatan lagi untuk membuktikan kuasanya, karena aku selalu yakin bahwa ada seseorang yang menantimu dengan sangat di suatu tempat, aku tak tahu, kamu pun tak mengetahuinya tapi setidaknya tuhan selalu mempersiapkan segala sesuatunya dengan indah.

Untuk kamu, yang sedang berada di area yang sebenar-benarnya manusia, karena sedang “merasai”, nikmatilah segala jenis sakit yang ada, bukankah setelah sakit selalu ada kebahagian?yakinlah itu, aku hanya bisa mengucapkan selamat atas bertambahnya fase “rasa” dalam kehidupan kamu, bagiku kamu telah naik tingkat, karena seseorang dikatakan berhasil bila dia telah ikhlas.

-Hawa-


Dear Hawa…

Bicara soal cinta sama kamu seperti tadi, sebenarnya ya berat. Aku yang selalu kebingungan cara melupakan cinta, menggagalkan perasaan yang salah pangkat 3, berhenti nunggu, rumit jika cinta dibicarakan dengan Cuma 1 hati saja, aku terlalu serius.

Jarak yang jauh, ekspresi yang aku duga-duga sendiri maksudnya, rinduku yang kadang datang penuh, tiba-tiba hilang ganti sama emosi, kesediaan yang aku iakan sering berubah jadi pertanyaan-pertanyaan. Setiap hari aku hapal benar ritme itu, bergerak, sepi, cerita, pemahaman, senang, hilang, aku yang mencarimu semuanya hanya berganti-ganti begitu. Berkali-kali perasaanku tidak dimengerti ternyata rasanya marah.
Kalo perasaanku tidak bisa di balas searah itu cuma sakit, tapi aku tidak marah dan memang aku sudah mengerti.

Menghilangkan kamu dari pikiranku, menghilangkan cinta dari hidupku, dengan doa, dengan aktifitas, aku sudah lupa berapa kali kulakukan.
Aku bukan menghujatmu, hawa. Aku Cuma tidak terima ketika kamu tidak mengerti apa-apa dengan perasaanku, aku tahu kamu sama sekali tidak mengerti, kalaupun perasaanku tidak direspon searah, aku sudah tahu, aku tidak marah, cintaku hilangpun aku bersyukur. Tuhan baik, ini bukan tidak adil. Kamu yang tinggi, bikin aku belajar lebih rendah hati karena ku jangkaupun meskipun bisa, sangat jauh. Sangat jauhnya berjeda denganku membuat aku merasa punya hak yang sama untuk berharap. Apa yang belum kumiliki itu harapan. Meskipun ada beberapa orang bilang, lupakan yang kita miliki untuk memiliki lainnya, sehingga semua jadi milik kita.
Aku kecewa bukan karena habis harapan yang aku punya meskipun tidak memiliki, tapi ketika perasaan ku tidak dimengerti ternyata. Daun mempertahankan embun sampai pagi tujuannya adalah atmosfer yang segar, dan sekarang aku sadar benar aku tidak sekuat daun yang Cuma mimpi merubah atmosfer. Aku terlalu sombong mengatakan aku kuat. Hawa,.. kamu tahu, aku tidak pernah berpikir akan menaklukan kamu, tidak pernah!. Aku sayang sama kamu, aku berpikir aku selalu punya harapan kamu lebih bahagia setiap harinya dan itu membahagiakan aku juga sebaliknya, ternyata bukan itu esensinya dan aku egois, egois sekali, aku kalah dengan daun.
Selamat malam, terima kasih sudah banyak dipahamkan, semoga bisa paham juga
-Adam-
Dear Adam…
Aku minta maaf, aku terlalu penuh oleh rasa cinta sehingga rasanya ingin muntah, ketika kamu kembali menawarkannya lagi, tempatku sudah penuh, aku pun ragu bahkan tidak tahu dimana harus kutempatkan kamu, Adam yang baik… aku merasai menjadi “Hawa” yang sebenarnya di dekatmu, kamu tangguh, kamu perkasa, tapi terkadang kamu bisa menjadi sangat lemah, rapuh mudah jatuh. Berkali-kali aku mendefinisikan kamu seperti daun kering, diinjak dan hancur, dan berkali-kali kamu menepis itu, dengan kilatan marah, dengan kata-kata yang penuh, dengan mata yang merah, kamu menudingku.
Aku diam… kali ini..
Adam… kamu datang terlambat, tidakkah kamu tahu itu?hanya itu yang salah lainnya tidak.
-Hawa-
Dear Hawa…
lepas kita berbanyak kata tadi, rasanya air mengalir deras dari mata, tapi ini melegakan meskipun aneh rasanya. Rasanya lebih-lebih dari tamparan dan pukulan yang sempat membuatku berdarah-darah dari hidung dan mulut.
Waktu kecil aku karateka, aku pernah turnamen dan dipukul sampai darah penuh di mulutku, itu pun masih harus dihukum dengan lari dan jatuh ke aspal. Mukaku sepenuhnya luka dan hidungku bengkok, itu pun aku masih bisa berdiri tanpa setetes pun air mata… sama sekali. Aku pernah dipukul sangat keras dan mengenai tulang hidungku, itupun tidak membuat air mataku keluar, kalaupun keluar itu bukan karena rasa sakit tapi karena rangsangan yang saat itu pendarahan tidak berhenti selama 30 menit.
Sungguh ini rasa yang indah, saat aku tidak merasakan satu sentuhan pun dikulitku yang terasa sakit, tapi mata ini terus saja memproduksi airnya, sampai rasanya aku ingin mandi terus, karena mataku jadi kayak bandeng.
Tuhan telah mengajak aku untuk membedakan rasa sakitnya, aku sering menangis karena terharu atas kejadian. Tapi mungkin baru 3x aku menangis karena sakit, pertama ketika aku menyakiti pacarku, kedua ketika pacarku berselingkuh, dan ketiga sekarang sedang berlangsung.
Hawa, kamu hebat. Baru kali ini aku mengalami penolakan, kamu membuatku merasa hebat dengan sudah merasai pengalaman ini.
Dari kecil aku sendiri, sering sendiri, dan kenapa sekarang aku takut sendiri hanya karena merasa pernah ditemani?
Terima kasih untuk semua penyadarannya, kamu pernah membuatku merasa sangat kuat pada satu masa yang hampir jatuh, kamu mengingatkanku tentang Tuhan, tentang kesehatan dan brengseknya nafsu. Terima kasih untuk penyanderaan hati yang kamu lakukan, itu membuatku kuat sesaat dan sakit mendadak, lalu membuatku harus bisa kuat lagi, kuat yang sebenarnya. Semua yang sudah membaik biar tetap membaik, kamu construct dan aku finishingnya . tidak ada yang perlu disesali, tidak ada yang tidak bermanfaat, tidak ada yang berhak disalahkan, kita selesaikan bangunannya sampai utuh jadi siapapun kita nanti.
Konsep jatuh cinta itu bukan hanya rasa mengalah, suka dan bahagia. Tapi jatuh cinta itu meliputi bahagia, susah, cemburu, pengendalian diri, nafsu dan dramatis, semuanya berbaur.
Hawa yang baik dan datar. Aku belum bisa melupakanmu, aku masih belum sanggup mengurangi perasaanku.
Sekali lagi malam ini hebat, aku telah sedang mencintai orang yang cerdas dan bijak, jika tadi kamu bilang “I try but I cant” dan aku bilang sekarang “retry, please try again”. Lucu… ya.
Selamat malam Hawa, malam yang paling indah di antara malam-malam sebelumnya sejak aku kenal kamu dengan sangat dekat. Ternyata kamu sangat tegas dan gampangan. Jika ada yang bilang kamu gampangan, tarik ulur dan matre aku yang akan menyangkal pertama kali.
-Adam-
Dear Adam
Ketika kamu banyak menumpahkan air mata malam ini, aku pun melakukan hal yang sama, bantal dan guling pun basah. Kadang aku lelah, mengapa harus kamu?
Adam, berhentilah menumpahkan seluruh cintamu kepadamu, itu terlalu berlebihan, aku tak pantas. Aku kadang tersenyum jika mengingat kita pernah berjanji dalam satu sepeda untuk selalu bersama, kita pernah mengaitkan kelingking kita. Lucu…seperti 2 bocah yang jatuh cinta pertama kali.
Aku menemukan sosok “Adam” yang sebenarnya pada dirimu, aku menangis ketika kamu berkali-kali bilang “aku menyakitimu” . kenapa musti sekarang kenapa tidak kemarin Dam?
Akh… malam ini lagi-lagi aku tergugu, mengingatmu dan kita.
-Hawa-
Dear Hawa…
Kamu adalah seorang paling kejam yang pernah hadir dalam hidupku. Mungkin bukan kamu yang membuat dirimu kejam, tapi posisimu yang membuatmu nampak kejam bagiku. Aku sering menggumam kata “dictator” dan itu sebutanmu bagi hidupku selama 1 tahun terakhir. Kenapa aku menyebutmu demikian?aku sudah ingin sejauh-jauhnya melepaskan diri darimu, melepaskan dan mengikhlaskan perasaanku, lalu tiba-tiba ada sesuatu yang mengingatku padamu, mendadak aku rindu dan sangat sulit untuk lepas lagi darimu.
Saat aku mulai baik-baik saja dengan cara membencimu, kemudian kamu muncul dan mendadak aku kehilangan seluruh kebencianku yang sudah ku rencanakan dan kutimbun dengan sengaja agar aku bisa melupakanmu. Saat aku sudah menguasai diriku dengan pelampiasan yang ada disekitarku mulai dari ide-ide, kesenangan-kesenangan, aktivitas-aktivitas bahkan aku mencobai beberapa cinta baru yang ada di sampingku, tapi ketika lampu kamarku mulai padam dan aku merasa kembali sendirian, bayangan tentang kamu ada lagi. Sampai saat aku merasa muak dengan wajahmu, aku memintanya untuk datang lebih lambat yaitu dalam tidurku. Aku ingin wajah itu datang dalam mimpiku saja, bukan dalam hari-hariku dan menggagalkan tidurku berulang-ulang.
Kamu dictator yang hangat, kamu dictator yang lembut, entah harus aku katakan terima kasih atau sebaliknya. Kerinduanku atas kamu bisa menguasai seluruh waktu yang ada. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menepisnya, lalu merasakannya lagi, lalu menunggu jatuhnya air mata sampai matahari terbit lagi.
Aku pernah memiliki cinta yang besar dalam hidupku, namun aku belum pernah merasakan siksaan sebesar ini, rindu sebesar ini.
Ketidakmampuanku untuk mendapatkan rasa sayang yang aku mau itu yang mungkin membuat aku menjadi pendendam dan penikmat rasa sakit. Mungkin jika aku mendapatkan apa yang aku mau, justru tidak akan membuktikan apa-apa pada diriku sendiri.
Aku tidak akan percaya bahwa aku mampu merasakan dan menikmati anugrah ini, aku tidak akan percaya bahwa aku sebodoh ini, aku tidak pernah menyesal tapi aku merasa kesakitan. Aku tertawakan diriku ketika aku sudah mencobai hal-hal bodoh yang belum pernah aku lakukan sebelumnya hanya untuk memenggal rasa-rasa seperti ini. Dan akhirnya, aku membenci semua makhluk sejenismu.
Banyak orang yang mengkhawatirkanku tapi yang kulakukan adalah mengkhawatirkanmu, padahal aku tahu kamu akan selalu baik-baik saja. Aku mengasihani diriku yang Nampak bodoh. Ok, aku memang Nampak bodoh, tapi seperti bayi yang Nampak bodoh ketika dia belajar merangkak aku pun demikian. Aku akan bisa berlari nanti. Nanti kalau aku sudah mampu melupakanmu, mengikhlaskan perasaanku entah dengan cara apa, aku tidak akan menyerahkan cintaku, selain untuk diriku sendiri.
Dalam rinduku yang kadang-kadang datang berlebihan, aku tidak ingin berlebih-lebih. Aku Cuma ingin punya kesempatan untuk berkabar, mendengar suaramu yang mewakili cerita-ceritamu, bahagiamu, optimismu, kamu yang manja, yang kadang semuanya itu hanya hilang sampai jatuhnya air dari mataku tidak lebih.
-adam-
Dear Adam
Adam suratmu yang terakhir ku terima terlambat, dan aku sangat-sangat menyesal membaca isinya. Aku tahu lagi-lagi aku salah, lagi-lagi aku menyakitimu, tapi aku tak bisa berbuat banyak.
Mungkin kamu sudah bosan mengirimiku surat, tapi aku tak pernah bosan menunggumu.
Aku suka menebak-nebak ekspresimu dalam setiap kata, ku bayangkan kamu tertawa tergelak seperti dulu ketika kita menghabiskan waktu bersama bermain petak umpet di bawah pohon besar, atau ketika kita seharian menghabiskan waktu dengan menyusuri semua jalan, tak tahu alamat, tak juga tahu tujuan hingga keringat di dahi mengisyaratkan semua bahwa permainan telah usai.
Aku kangen lampiasan marahmu padaku dengan surat-surat itu, marahmu tak pernah kasar, bahkan ketika aku salahpun kamu masih saja mensejajarkan aku menjadi “Hawa” yang tinggi. Aku merasa tersanjung di dekatmu.
Adam… kali ini aku yang mencarimu, ku cari kamu ditempat biasa kamu sembunyi, aku datangi seluruh kawanmu, juga keluarga, tak juga kutemui kamu. Dimana kamu?
Aku tahu, aku salah. Apakah semuanya bisa di ulang?hingga ketika kamu bilang “please try again” maka aku dengan lugas akan memelukmu, tak usah kuyakinkan lagi padamu, karena aku sendiri telah meyakini diriku, bahwa aku membutuhkanmu.
Adam… matahari telah tinggi hampir lungsur, aku menunggu di titik semula kita bertemu.
-Hawa-

Nb:
tulisan ini aku dedikasikan buat kamu, terima kasih untuk semua hal. a million thx for u.

Rindu


Kakiku telanjang menyentuh air tepian kolam, memainkannya perlahan hingga menghasilkan riak yang juga pelan. Tanpa suara pada siang hari itu.
Siang yang terik, tidak seperti biasanya. Siang yang hening tanpa angin dan tanpa suara berisik anak-anak. Tapi aku enggan beranjak dari kolam ini, terus saja memainkan air pada dasarnya, memikirkan tentangmu yang tiada habisnya.
Aku memejamkan mata untuk sekedar membiarkan pikiranku berlari tanpa aturan.
Kamu ingat? kita pernah menghabiskan banyak waktu untuk mampir di warung pinggir jalan, memesan camilan wajib untukmu, sebotol air mineral habis sudah, ternyata kita haus setelah seharian mengitari pusat kota ini. Kamu membuat lelucon, mengarahkan agar senyumanku melebar menjadi tawa.
Tiba-tiba sebagian wajahku basah, bukan karena percikan air yg dimainkan kaki-kakiku tapi basah karena pikiranku dimainkan oleh perasaanku tentangmu. Aku rindu...rindu pada waktu dimana kita terbang bebas tanpa kekhawatiran yang menghimpitku seperti hari ini,. Rindu pada tempat yang memberikan ruang untuk aku dan kamu memamerkan kemesraan kepada semesta. Rindu pada tubuh yang membiarkanku menyandar hangat dipelukannya. Rindu pada hati yang menempatkanku di dalamnya. Rindu pada mu...
Rindu selalu membuatku merasa berantakan. Rindu selalu membuatku kesepian dan justru semakin menyepi. Menyepi mencari kehangatanmu, meraba cerita-cerita kita, merasakan kembali nafas yang pernah kurasakan. Seperti siang ini aku kembali melakukannya dan berulang-ulang selalu melakukanya, menemuimu dalam bentuk sketsa tak berwarna di kepalaku.
Karena tentangmu, mereka mengatakan pandanganku saat ini kosong padahal aku sedang menatap dalam-dalam matamu. Karena tentangmu, mereka mengira aku sebagai pribadi penyendiri, padahal aku selalu bersamamu. Sayang semua itu hanya keinginanku tentangmu. Sayang sketsa-sketsa itu tidak menjadi nyata saat ini. Sayang mereka tidak pernah melihatmu di dalam kepalaku, di dalam hati bahkan di setiap hari-hariku. Aku hanya menjadi liar dalam dunia semu ku, aku hanya menjadi riang dalam imajinasiku dan aku hanya akan menjadi hangat dalam ruang tak bersekat di kepalaku, seperti saat ini.
Jika saja aku benar-benar ditemani kamu kali ini, mungkin riak di dasar kolam akan lebih meriah, tapi tidak, riaknya semakin memelan.


Tanya


Kemanakah perginya kamu?
Dulu kamu menguasaiku dari ujung rambut hingga kaki
Hingga aku sesak nafas
Dulu kamu mampu membuatku tersenyum malu
Sekarang aku lebih banyak menangis.
Dimana ceria itu…?
Dimana canda itu…?
Yang tersisa kini hanya kenangan.