Tuesday, July 7, 2009

Tentang Malaikat Kecil


Malaikat kecil tak bersayap itu kuperhatikan sudah sejak tadi tangisnya tak kunjung mereda, ia menangis dengan pilunya hingga membuatku tergerak untuk mendekat.
Perlahan ku sentuh lembut pundaknya, seketika senggukannya terhenti, ia pun menoleh dengan matanya yang sembab, lalu mencoba tersenyum, namun senyumnya hambar..
Ku menerka apa isi hatinya dan kuberanikan diri tuk bertanya “kamu kenapa malaikat kecilku?? apakah seseorang melukai hatimu??” Dia cuma menunduk terdiam, tak berani menatap mataku. Melihat diamnya membuatku semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi…



Waktu menciptakan sunyi diantara kami, “aku sekarang sendiri” celetuknya tiba-tiba, “hei kenapa??kemana perginya temanmu yang super jail itu? aku lihat kalian sangat akrab, kemana dia??bukankan kalian bagaikan simpul mati yang tak dapat putus??bukankah kalian bagaikan ikatan unsur yang kuat, yang tak mudah lepas, hingga diperlukan sebuah energi ionisasi yang sangat besar untuk melepasnya??bukankah kalian ibarat tali sepatu yang saling mengikat satu sama lain??apa yang salah dengan kalian??” tanyaku sambil mengernyitkan dahi. “salah paham mba...” jawab malaikat kecilku dengan suaranya yang parau. “kemana larinya logika kalian hai orang-orang pintar??” tanyaku sedikit meradang. “mungkin memang sudah saatnya seperti ini mba…waktu mengikis persahabatan kami …” timpalnya lagi dengan suaranya yang semakin parau dan masih tak berani menatapku.

“Ok..kalo begitu…sekarang aku tanya, apa yang kalian lalui itu penuh kepalsuan…?!!!”
malaikat kecilku pun lalu menatap terperangah seolah tak terima dengan ucapanku barusan
“tua, pintar, ternyata tak menjadikan kalian dewasa, apa yang kalian tunggu lagi ?, percayalah padaku menjadi sendiri itu tak akan lebih baik” ujarku berapi-api.

“Tapi aku sangat sakit hati mba oleh ulahnya…”belanya
“Apa semuanya hanya cukup sampai disini? siapapun yang salah diantara kalian…seharusnya ada yang memulai untuk mencairkan suasana, dengan menghilangkan gengsi, ego dan semua kumunafikan yang ada.
Ataukah kamu lebih suka melihat bunga mawar yang layu, tak lagi harum dan tak menarik perhatian, dengan kelopaknya yang satu persatu perlahan terjatuh..lalu lama-lama kering dan mati??” tegasku
“wahai malaikat kecilku lihatlah mawar putih diujung sana….setiap kepala menoleh padanya, setiap mata tak lepas memandangnya, setiap tangan ingin menjangkaunya, indra penciuman pun berebut memaksimalkan kerjanya….” Lanjutku sambil menunjuk mawar putih yang sangat indah di ujung sana.
“Apa kamu mengerti maksudku???” tanyaku sambil mengernyitkan dahi lagi
ia pun menganggukan kepalanya tanda mengerti.

“Nah, lalu.. apalagi yang kamu tunggu, apa menunggu karibmu memohon maaf duluan??? Ayolah…kurasa tak ada salahnya mencairkan suasana meskipun itu harus mengorbankan harga diri. Aku hanya ingin…kalian kembali seperti mawar yang mekar…dimana orang akan enggan memetiknya karena takut terluka oleh duri yang tumbuh sebagai benteng, hingga tak ada satu orangpun yang berani menyentuh. Orang-orang hanya akan bisa memandang dari kejauhan, sambil melempar senyum yang tak lagi hnya sekedar seulas senyum tapi senyuman sumringah yang hangat yang terlahir karena keindahan mawar itu…”

Malaikat kecil tak bersayap itu menengadah sambil tersenyum, mata yang tadinya layu langsung berbinar indah, wajah yang tadinya kuyu langsung merona merah, tanda hatinya kembali berseri. Ia melemparkan pandangan hangat padaku sesaat seolah mengucap beribu terima kasih…tak lama berselang detik tubuhnya berbalik lalu melangkah terburu. Ku pandangi dia bergerak menjauh hingga punggungnya tak lagi nampak, pikirku… mungkin ia ingin bergegas mencari karibnya,…

Selalu butuh mediasi, waktu dan ruang untuk menyelesaikan suatu perkara. Alangkah indahnya hidup dengan damai jika kita saling menghargai, tak mengutamakan ego, menjadi orang yang legowo, selalu berpikir positif, dapat menginstropeksi diri, dan kesemuanya disempurnakan dengan sikap ikhlas.

Dedicated 4 u…my best friend
By
“ Na



Thx 4 editing…
Edited by (^_^)
(pic ngambil dari http://farm4.static.flickr.com)

No comments:

Post a Comment