![]() |
Gambar dokumentasi pribadi, "Perjalanan menuju timur" 24 Juni 2016, Tol Cipali |
Dalam waktu dua minggu saya
mendapat kabar duka dari dua orang teman. Seorang ibu yang ditinggalkan anaknya
yang berusia 4 tahun, dan seorang anak yang ditinggalkan ibunya. Kehilangan
selalu menyedihkan dan melahirkan beragam penyesalan. Penyesalan bisa berupa
menyalahkan diri sendiri karena belum banyak hal yang bisa kita berikan pada
mereka, ataupun juga tentang tingkah kita yang kadang menyakiti mereka.
Seringkali saya menyaksikan dari
jauh tentang mereka yang sedang kehilangan. Ikut larut dalam kesedihan yang
sedang mereka alami. Tak berani
mendekat, khawatir malah akan melemahkan mereka dengan beragam kata yang
seringkali salah.
Teman saya yang ditinggalkan
anaknya merasa ingin mati karena sudah tak ada lagi yang ia perjuangkan di
dunia ini. Sambil menghisap rokok kuat-kuat ia bertutur dengan raut wajah yang
sukar kutebak. Saya hanya bisa diam menyikapinya, tak ada kata yang bisa
menabahkan jika seseorang sedang amat kehilangan.
Teman saya yang ditinggalkan
ibunya menceritakan proses bagaimana ibunya tiada, jatuh di kamar mandi
katanya, selang beberapa menit selepas mereka berdua tertawa di kamar tidur.
Teman saya langsung membawa sang ibu ke UGD RS, di UGD seperti biasa selalu ada
drama ekonomi. Apakah keluarga pasien yang sedang sekarat membawa uang atau
tidak? Teman saya memaki-maki petugas UGD sambil menunjukkan dompetnya.
Selamatkan ibu saya, saya mempunyai uang! Tindakan pun segera dilakukan, hanya
satu kata kunci, uang!