Thursday, September 15, 2016

Mereka tak pernah Menunda Pergi

Gambar dokumentasi pribadi,
"Perjalanan menuju timur" 24 Juni 2016, Tol Cipali
Dalam waktu dua minggu saya mendapat kabar duka dari dua orang teman. Seorang ibu yang ditinggalkan anaknya yang berusia 4 tahun, dan seorang anak yang ditinggalkan ibunya. Kehilangan selalu menyedihkan dan melahirkan beragam penyesalan. Penyesalan bisa berupa menyalahkan diri sendiri karena belum banyak hal yang bisa kita berikan pada mereka, ataupun juga tentang tingkah kita yang kadang menyakiti mereka.

Seringkali saya menyaksikan dari jauh tentang mereka yang sedang kehilangan. Ikut larut dalam kesedihan yang sedang mereka alami. Tak  berani mendekat, khawatir malah akan melemahkan mereka dengan beragam kata yang seringkali salah.

Teman saya yang ditinggalkan anaknya merasa ingin mati karena sudah tak ada lagi yang ia perjuangkan di dunia ini. Sambil menghisap rokok kuat-kuat ia bertutur dengan raut wajah yang sukar kutebak. Saya hanya bisa diam menyikapinya, tak ada kata yang bisa menabahkan jika seseorang sedang amat kehilangan.

Teman saya yang ditinggalkan ibunya menceritakan proses bagaimana ibunya tiada, jatuh di kamar mandi katanya, selang beberapa menit selepas mereka berdua tertawa di kamar tidur. Teman saya langsung membawa sang ibu ke UGD RS, di UGD seperti biasa selalu ada drama ekonomi. Apakah keluarga pasien yang sedang sekarat membawa uang atau tidak? Teman saya memaki-maki petugas UGD sambil menunjukkan dompetnya. Selamatkan ibu saya, saya mempunyai uang! Tindakan pun segera dilakukan, hanya satu kata kunci, uang!