Monday, May 5, 2014

SIDHARTA GAUTAMA

Sebuah Resensi : Buddha, karya Karen Amstrong penerbit Bentang, tahun terbit 2003



Sidharta Gautama, begitulah namanya dikenal. Lahir di abad ke-6 sebelum masehi. Kegelisahannya akan hidup menggiringnya untuk mengembara, 29 tahun usianya waktu itu. Malam yang hening dan dingin menjadi pengiring langkahnya ketika meninggalkan Kapilawastu, istana tempat ayahnya Suddodana bertahta.

Kegelisahan pertamanya tentang hidup muncul ketika dia pergi bersama ayahnya melihat orang-orang berduyun dan berbahagia. Bunga-bunga bermekaran dan pepohonan yang memperlihatkan daun yang cerah. Lalu dia menepi di bawah pohon, dia melihat burung mematuk cacing tanah, seorang petani memukul lembunya, dan elang menukik ke arah burung. Dia berpikir bagaimana mungkin orang lain berbahagia sedangkan di situ juga ada penderitaan. Usianya 7 tahun kala itu. Gautama kecil mulai membawa kegelisahan pertamanya dalam hidup, mengapa manusia harus sakit, menderita, sedih, menua dan mati? Baginya hidup bagaikan sebuah samsara yang tak berujung yang selalu berputar dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya.

Gautama melahirkan filsafat perenial yaitu segala sesuatu yang kita alami ditiru dari contoh yang sempurna dari surga.  

Gautama mencari kondisi yang ideal, jika manusia hidup dalam penderitaan sengsara, maka ia pasti akan menemukan kebahagian dengan mencarinya sendiri tanpa minta bantuan Tuhan. Gautama mulai mencari nibbana. Nibbana merupakan pencapaian spiritual tertinggi, puncak pencerahan. Karena setelah nibbana ada masa parinibbana yaitu masa setelah meninggal. Nibbana adalah kondisi dimana manusia tidak mengalami sedih, tidak menua, tidak sakit, tidak lahir, tidak mati. Nibbana (nirvana) yang dimaksud tidak sama dengan yang sudah sering digambarkan mengenai surga. Nibbana tidak ada tanah maupun air, cahaya maupun api, tak ada ruang dan jumlah tak terhingga, bukan akal yang tak terhingga dan juga kehampaan sempurna merupakan gabungan matahari dan bulan. Nibbana merupakan unsur ketiga dari kesunyataan mulia yaitu tanpa roda, tidak sadar, penyatuan, tak terganggu tanpa penderitaan dan kedamaian. Nibbana juga merupakan kebaikan manusia dan dewa yang tertinggi, kedamaian dan tempat yang sangat tentram.