![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinhEoUqFTjonZYA04m914zU96SYqc6LvwJdVmfpiorXm17vzcTppep7-BVna54G-7SdBbXzvO1-rwEDrGBUT7XawEwDlITJTedzJyPB5hBAD14iJdvNafDoxsOIbgy43qnu_9PLjNoV2Y/s320/Copy+of+SAM_0697.JPG)
Kutatap punggung itu yang semakin menjauh, hingga membentuk sebuah titik yang tak bisa kupandangi lagi. lagi…. lagi… hujan, dan kau pun kembali meninggalkanku dalam hujan musim ini, padahal yang ku ingat, dulu pun kau meninggalkanku dalam musim-musim yang basah yang seperti ini.
Kututup pintu perlahan, deritnya semakin berbunyi keras, aku lupa mengolesi engsel pintu ini dengan oli, aku bahkan sampai lupa bahwa bahwa sebelum kau datang pintu rumahku ini adalah pintu paling mewah dikampungku.
aku mengingat pertengkaran semalam, suaramu bersahut-sahutan dengan petir, suaramu kalah oleh derasnya hujan, tapi kau seolah tak pernah kehabisan energi untuk mengeluarkan kata-kata, aku hanya diam, terpaku menatap bola mata yang berkilat penuh marah, mata itu masi tetap sama, mata yang ku kagumi, mata yang penuh kasih, mata yang mampu membuatku menoleh dan tunduk.
dan pagi ini, rasanya sama seperti musim-musim basah sebelumnya, kau kenakan ransel bututmu, kau kenakan jaket kesayanganmu, kau bawa air mineral, sebenarnya aku tahu kau ingin membawa teh tawar panas, tapi sayang… teh nya telah kita habiskan malam-malam sebelumnya.
Menarik nafas panjang… melihat jam.. akh...hampir subuh ucapku, angin dingin menyeruak masuk membabi buta lewat pintu yang terbuka, ya.. sengaja pintunya kubiarkan terbuka... karena aku selalu yakin, kau akan datang dalam keadaan basah kuyup, dan menggigil seperti yang lalu.
tak pernahkah kau sadari bahwa sesungguhnya, ketika kau mengucap pergi dan meninggalkan rumahku, kau akan mencariku lagi. karena bukankah aku adalah rumah tempatmu pulang?? akh... mungkin kau lupa, dan mungkin kemarin malam aku lupa mengingatkanmu...
"bersandar pada daun pintu, sambil sesekali melihat ke jalanan berharap sosokmu datang, (aku... sudah tak bisa berkata-kata lagi)"