![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-mf6YvAn0tsuLHWGQG_z3G4zacZJPBEtLx1VujuvMyuquRkY-cgYtff2tVM19h_e2U1DGqtpRXkwFL3LdMp9JBxT823Djkekl970kGC3OK7qdNOnsE8QVqNOap-9hdvz9WxCbQpDzwoQ/s320/maaf.jpg)
Kita semua pasti pernah melakukan suatu kesalahan. Walaupun kita merasa tidak pernah, pasti ada orang lain yang menganggap perbuatan kita merugikan atau bahkan melukai hati orang tersebut. terkadang maksud kita dapat diartikan berbeda oleh orang lain. Ketika kita akhirnya mampu memahami alasan di balik perbuatan orang yang kita anggap "bersalah", kita lebih mudah untuk menempatkan posisi kita di orang tersebut, mengerti maksud orang tersebut, dan kita akhirnya bisa bilang, "Aku maafkan kamu."
Lebih mudah dan tampaknya lebih wajar untuk memaafkan seseorang yang bermaksud baik. Namun kita harus sadar bahwa tidak semua orang melakukan sesuatu dengan maksud baik. Kadang-kadang mereka mencuri, berbohong, curang, menusuk dari belakang, menjadikan kita kambing hitam, menyakiti orang yang kita sayangi, dan sebagainya untuk kepentingan mereka sendiri.
Sebuah kata MAAF adalah tentang berbesar hati melebihi dendam dan keadilan. Memaafkan bukan berarti melupakan. Memaafkan itu artinya kita melepaskan, belajar, dan maju. Pengalaman-pengalaman yang buruk memang melukai kita tapi pengalaman itu dapat menjadi jalan bagi kita untuk belajar, merefleksikan dan membuat kita lebih bijak Memaafkan seperti melepas seorang tahanan dari penjara dan kemudian menyadari bahwa tahanan itu adalah dirimu sendiri...
Tetapi…dibalik sebuah kata Maaf….
Tidak menyakiti perasaan sesama manusia lebih besar pahalanya daripada melakukan salat tahajud, dhuha, atau melafalkan bacaan Alquran dengan lancar.
[Bagi muslim yang menyakiti sesamanya, melalui QS. Yusuf ayat 23, Allah SWT mengancam tidak akan membahagiakan mereka. "Sekecil apapun mereka menyakiti,"]
Aku jadi teringat sebuah cerita klasik tentang pohon dan paku
[Suatu hari yang berbahagia, datanglah seorang anak kepada ayahnya. Anak itu bercerita kepada ayahnya tentang kejadian yang menimpanya di sekolah. Anak itu bercerita bahwa dia pernah berbuat salah, menyakiti temannya di sekolah. Dia merasa sangat bersalah sekali kepada temannya itu. Dan anak itu menangis kepada ayahnya karena teman yang disakitinya itu menjauhi dia dan tidak memaafkan dia. Anak itu bertanya-tanya kenapa tega-teganya dia berbuat seperti itu. Lalu ayahnya yang bijak menjawab dengan sebuah jawaban yang bijak. Anak itu disuruhnya mengambil paku dan palu di gudang. Diajaknya anak itu ke taman yang di tamannya tersebut terdapat pohon besar. Ayahnya lalu menyuruh anak itu menancapkan paku-paku tersebut pada pohon besar tadi. Si anak masih bingung untuk apa maksud ini semua. Tapi ayah anak tadi masih tetap tenang. Setelah ditancapkan, si ayah menyuruh si anak melihat hasil paku-paku tadi dan menyuruh membuka paku-paku yang telah ditancapkan tadi dengan menggunakan ujung palu. Setelah selesai, Si ayah mengajak si anak untuk melihat bekas paku-paku tadi pada pohon besar tersebut. “Lihatlah nak,…..hasil paku yang telah kautancapkan pada pohon ini. Setiap kau berbuat salah pada orang lain, maka pada saat itu pula kau menancapkan sebuah paku di hati temanmu itu. Dan setiap kali kau berbuat kebajikan untuk temanmu itu, maka pada saat itu berarti kau membuka sebuah paku di hati temanmu itu. Walau kau berbuat kebaikan, tapi lihatlah pohon itu…masih berbekas bukan? Hati temanmu pun seperti itu nak……”]
Memaafkan memang hampir tak pernah mudah... mungkin karena itu mbah gandhi pernah bilang... "The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong.”
Karenanya sebelum sebuah kata Maaf terucap…berhati-hatilah dalam bersikap dan berbuat, jangan sampai menyakiti hati orang lain, karena sekali menyakiti akan terus berbekas pada orang yang disakiti itu